• News

Houthi Bertekad Terus Menyerang Kapal Perang AS dan Inggris di Laut Merah

Yati Maulana | Rabu, 31/01/2024 23:05 WIB
Houthi Bertekad Terus Menyerang Kapal Perang AS dan Inggris di Laut Merah Tentara Israel beroperasi di Jalur Gaza dalam tangkapan layar dari video selebaran yang dirilis pada 31 Januari 2024. Handout via Reuters

GAZA - Negara-negara besar berharap dapat mencegah konflik yang lebih luas, namun ketegangan di Timur Tengah tetap tinggi. Hal ini terjadi setelah pemberontak Houthi yang bersekutu dengan Iran di Yaman mengatakan mereka akan terus menyerang kapal perang AS dan Inggris di Laut Merah sebagai bentuk solidaritas terhadap Palestina.

Hubungan antara Teheran dan Washington juga tegang setelah kematian tiga tentara AS dalam serangan pesawat tak berawak di Yordania yang menurut para pejabat AS dilakukan oleh militan yang didukung Iran.

Washington belum menguraikan tanggapannya, namun Garda Revolusi Iran mengatakan pada hari Rabu bahwa mereka akan menanggapi setiap ancaman AS.

AS dan Inggris melakukan serangan terhadap sasaran Houthi di Yaman atas serangan kelompok tersebut terhadap pelayaran Laut Merah, dan mengembalikan milisi tersebut ke dalam daftar kelompok teroris.

Namun juru bicara militer Houthi mengatakan pada hari Rabu bahwa kelompok tersebut akan melanjutkan apa yang disebutnya tindakan membela diri, yang memicu kekhawatiran akan gangguan jangka panjang terhadap perdagangan dunia.

Dengan tingginya ketegangan akibat serangan pesawat tak berawak (drone) pada hari Sabtu terhadap anggota militer AS di Yordania, AS mengatakan pihaknya telah memutuskan bagaimana menanggapinya namun belum mengatakan bagaimana caranya.

Kelompok bersenjata Irak yang bersekutu dengan Iran, Kataib Hizbullah, mengatakan mereka menghentikan semua operasi militernya terhadap pasukan AS di wilayah tersebut. Namun kepala Garda Revolusi Iran Hossein Salami tetap bersikukuh pada Rabu, dengan mengatakan "tidak ada ancaman (AS) yang tidak terjawab."

Semenara itu, pasukan Israel menggempur daerah-daerah di Gaza utara dan selatan pada Rabu setelah Hamas mengatakan pihaknya telah menerima dan mempelajari proposal baru untuk gencatan senjata dan pembebasan sandera yang ditahan di daerah kantong Palestina.

Proposal tersebut, yang disampaikan kepada kelompok militan Palestina oleh mediator setelah pembicaraan dengan Israel, tampaknya merupakan inisiatif perdamaian paling serius selama berbulan-bulan dalam perang Israel-Hamas.

Sebelumnya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengulangi sumpahnya untuk tidak menarik pasukan keluar dari Gaza sampai “kemenangan total”.

Israel mengatakan mereka tidak akan berhenti berperang sampai Hamas dibasmi. Hamas mengatakan mereka akan melepaskan sisa tawanannya hanya sebagai bagian dari kesepakatan yang lebih luas untuk mengakhiri perang secara permanen.