JAKARTA - PDI Perjuangan diyakini akan kembali menjadi partai oposisi seperti era kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Hal ini tak lepas dari perjanjian batu tulis 2009 antara Megawati Soekarnoputri dan Prabowo Subianto.
Direktur Political adn Public Policy Studies (P3S) Jerry Massie mengatakan, PDIP sudah melakukan kesalahan fatal terkait perjanjian batu tulis tersebut. Menurutnya, Megawati akan malu jika PDIP berada di dalam kabinet Prabowo-Gibran nantinya.
"Alasan PDIP tak akan berkoalisi tak lepas dari kesalahan fatal di perjanjian batu tulis 2009 silam. Jadi Mega malu dan dia saya yakin tak akan masuk gerbong pemerintahan Prabowo-Gibran," kata Jerry kepada katakini.com (18/2).
Lanjutnya, PDIP sudah seharusnya ada di luar pemerintahan. Hal ini agar pemerintahan Prabowo-Gibran bisa semakin menarik karena ada partai sebesar PDIP yang oposisi.
"Memang sebaiknya mereka di luar pemerintahan biar menarik," ucapnya.
Selain faktor batu tulis, Jerry juga menyoroti adanya hal lain yang membuat PDIP seharusnya oposisi. Sosok Presiden Joko Widodo, Gibran, hingga Wali Kota Medan Bobby Nasution menambah alasan tersebut.
"Faktor Jokowi dan Gibran bahkan anak mantu Jokowi, Bobby Wali Kota Medan. Nah, di dalan hati Mega sakit hati dengan keputusan Jokowi lebih mendukung Prabowo ketimbang Ganjar," imbuhnya.
Tak hanya itu, ia juga melihat kurang akurnya keluarga Soekarno dengan Soeharto. Adanya Titiek Soeharto di kubu Prabowo-Gibran juga menjadi alasan kuat untuk PDIP beroposisi.
"Selanjutnya faktor Titiek Soeharto anak mantan Presiden ke-2 RI Jenderal Soeharto. Selama ini Mega dan keluarga Soeharto berseberangan," pungkasnya.