JAKARTA - Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Azizah Fauzi menilai stabilisasi harga beras perlu menjadi fokus utama pemerintah saat ini guna menghindari peningkatan inflasi.
"Kenaikan harga beras salah satunya dikarenakan oleh minimnya ketersediaan yang diakibatkan oleh musim panen, dan cuaca. Di tengah fluktuasi harga yang kian meningkat, saat ini stabilisasi harga harus menjadi fokus utama untuk menghindari peningkatan inflasi," kata Azizah lewat keterangannya di Jakarta, Rabu (21/2/2024).
Azizah menyebut kenaikan harga beras yang terjadi sejak awal Februari seharusnya sudah diantisipasi sejak jauh-jauh hari. Kenaikan harga beras dan komoditas pangan lain umumnya sudah terjadi sejak September 2023 dengan harga Rp12.685 dan pada bulan Februari 2024 terus naik hingga harga Rp13.187 menjelang bulan Ramadhan dan Idul Fitri saat ini.
Ia merinci, menurut panel harga Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) pada 14 Februari, harga beras medium II naik sebesar 6,25 persen atau Rp900/kg menjadi Rp14.250/kg jika dibandingkan dengan harga Januari 2024.
Begitu pula, lanjut dia, menurut data yang dihimpun oleh Center for Indonesian Policy Studies dalam Food Monitor, harga pada hari pemilihan umum kemarin lebih mahal sebesar 15,41 persen dari harga rata-rata pada bulan Februari tahun lalu.
"Kenaikan ini menimbulkan kekhawatiran akan dampaknya terhadap inflasi dan daya beli masyarakat. Jika harga beras akan terus naik, maka biaya hidup secara keseluruhan pun akan meningkat," ujar Azizah.
Pasalnya, ketika harga beras naik, biaya produksi makanan juga cenderung meningkat, karena beras menjadi bahan baku dalam banyak produk makanan. Kenaikan biaya produksi ini kemudian dapat menyebabkan naiknya harga-harga lainnya.Sebab, produsen akan menaikkan harga produk mereka untuk menutupi biaya tambahan.
Kenaikan harga beras akan berdampak pada peningkatan tingkat inflasi, mengingat beras merupakan salah satu komoditas pokok yang menyumbang 3 persen pada Indeks Harga Konsumen (IHK) yang digunakan untuk menghitung inflasi.
Beras sudah sejak lama berkontribusi pada angka inflasi. Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada September 2023 menunjukkan beras sebagai komoditas penyumbang utama andil inflasi.
Beras memiliki andil sebesar 0,18 persen dalam inflasi month to month, dan 0,55 persen dalam inflasi year on year. Komoditas yang satu ini kembali mengalami inflasi sebesar 0,64 persen (month-to-month/mtm) dengan andil inflasi sebesar 0,03 persen pada Januari 2024.