• Sains

Ilmuwan Hong Kong Memulai Pelacakan Kepiting Tapal Kuda yang Terancam Punah

Yati Maulana | Rabu, 28/02/2024 15:05 WIB
Ilmuwan Hong Kong Memulai Pelacakan Kepiting Tapal Kuda yang Terancam Punah Seekor kepiting tapal kuda dewasa yang ditandai sebelum dilepaskan ke Teluk Tung Chung, di Hong Kong, Tiongkok, 21 Februari, 2024. Foto: Reuters

HONG KONG - Para pegiat konservasi Hong Kong memulai pelacakan bawah air terhadap kepiting tapal kuda yang terancam punah. Binatang ini sudah ada sejak sebelum dinosaurus. Peneliti berupaya membantu mereka bertahan dari bahaya kehidupan modern.

Makhluk laut berekor tulang belakang yang diberi nama berdasarkan bentuk cangkang tubuhnya ini menghadapi berbagai ancaman, termasuk hilangnya pantai tempat berkembang biaknya bayi kepiting, terjerat jaring ikan, dan eksploitasi manusia untuk dijadikan makanan.

Mereka dikenal sebagai "fosil hidup", yang berperan penting dalam ekologi pesisir, pemahaman ilmu evolusi, serta menjadi sumber makanan utama bagi burung-burung yang berenang.

Dari empat spesies di seluruh dunia, kepiting tapal kuda Cina (tachypleus tridentatus) dan kepiting tapal kuda bakau (carcinoscorpis rotundicauda) ditemukan di perairan pesisir Hong Kong.

Yayasan Konservasi Taman Laut (OPCFHK) mengatakan pihaknya telah memulai “sistem telemetri” akustik otomatis bawah air pertama untuk studi pelacakan percontohan.

Tim tersebut melepaskan sejumlah kepiting dewasa yang diberi tanda ke Teluk Tung Chung, dekat bandara, pada hari Rabu dan akan melacak serta menyelidiki pergerakan dan pola perkembangbiakan.

“Komitmen kami adalah memastikan kesinambungan perkembangbiakan dan kelangsungan hidup kepiting tapal kuda lokal di alam liar,” kata Howard Chuk, direktur yayasan OPCFHK.

Populasi kepiting tapal kuda remaja setempat diperkirakan kurang dari 10.000 ekor, sementara data mengenai populasi kepiting tapal kuda dewasa tidak memadai, sehingga sulit untuk memperkirakan jumlah mereka secara akurat, kata OPCFHK.

Meningkatnya permukaan air akibat pemanasan global juga dapat memperburuk hilangnya habitat dan pantai-pantai Hong Kong berisiko terendam di masa depan, kata Profesor Cheung Siu-gin, profesor di Departemen Kimia di City University, Hong Kong.

“Pengukuran suhu air pada penelitian ini juga secara tidak langsung dapat memantau situasi pemanasan global.”