• Bisnis

Kepala NFA: Bulan Puasa Harga Beras Akan Terkoreksi

Eko Budhiarto | Rabu, 28/02/2024 13:57 WIB
Kepala NFA: Bulan Puasa Harga Beras Akan Terkoreksi Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC), Rabi (28/2/2024). (foto:NFA)

 

JAKARTA - Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi optimistis harga beras pada bulan puasa akan terkoreksi. Kendati demikian, NFA juga akan menjaga harga gabah di tingkat petani.

Arief menyampaikan hal itu usai meninjau Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC), Jakarta, Rabu (28/2/2024). Peninjauan dilakukan untuk memastikan bahwa stok beras dalam kondisi aman dan cukup.

“Hari ini Badan Pangan Nasional bersama teman-teman dari Satgas Pangan Polda Metro Jaya, teman-teman PIBC, Perpadi, direksi Bulog, Semua ada di Pasar Induk Beras Cipinang. Kita mau cek sendiri bahwa kondisi stok beras itu aman. Jadi kalau hari ini ada berita yang mengatakan stok beras itu kurang, kita mau sampaikan sekali lagi stok beras cukup,” ujar Arief.

“Ini sesuai arahan Bapak Presiden untuk memastikan pasokan beras cukup. Stok di PIBC adalah kombinasi termasuk dari Bulog untuk mengganjal sebelum panen Maret nanti. Insya Allah panennya nanti 3,5 juta ton. Dengan itu harga gabah akan berangsur turun. Dari yang sebelumnya di angka Rp 8.600-8.700 per kilogram (kg) akan turun menjadi Rp 8.000 per kg, akan turun lagi. Kemungkinan besar akan sekitar Rp 6.500 per kg,” sambungnya.

“Di bulan puasa nanti akan terkoreksi, jadi malah kebalikannya, nanti yang harus dijaga adalah harga tingkat petani. Nah tugas pemerintah yang pertama menjaga harga beras di hilir untuk masyarakat kita yang lebih dari 270 juta. Kemudian juga harus menjaga harga di tingkat produsen. Jangan nanti sampai ada isu bahwa pemerintah tidak peduli terhadap gabah petani, tidak demikian. Harga gabah itu pasti akan turun seiring berjalannya panen, jadi bahasanya bukan harga anjlok,” ucap Arief.

Arief menyebutkan arahan Presiden Joko Widodo kepada pihaknya adalah terwujudnya keseimbangan dan harga yang baik dan wajar mulai dari hulu sampai hilir. Untuk itu, ia berkomitmen saat panen padi mengalami eskalasi, baik harga di hulu dan hilir bisa terkoreksi kembali menemui keseimbangan yang baik dan wajar.

“Angka di hulu itu setelah HPP (Harga Pokok Produksi) dan harus ada margin. Sementara di hilir, perlu ada kombinasi dan ini harus diseimbangkan. Saya ulangi sekali lagi ya, kalau nanti ada isu bahwa harga anjlok karena panen, tapi angkanya itu tetap harus di atas HPP plus margin yang dimiliki oleh petani. Ini yang harus terus dijaga,” jelasnya.

“Kalau harga gabah itu naik, salah satunya karena supply and demand. Pada saat produksi setara beras itu di bawah 2,5 juta ton sebulan, maka ini akan menimbulkan rebutan gabah di tingkat petani. Lalu karena faktor-faktor produksi, jadi pemicunya kombinasi dari semua dan ini tidak hanya terjadi di Indonesia. Untuk itu, Badan Pangan Nasional tentunya bersama seluruh stakeholder terkait hari ini mementingkan stok level yang harus dijaga di Bulog,” papar Arief.

“Bulog itu minimal harus punya beras 1,2 juta ton. Bulog itu sudah sangat bekerja keras dalam mendistribusikan beras penugasan pemerintah. Apalagi beras yang diimpor Bulog dengan broken 5 persen. Beras broken 5 persen itu kalau standar international, itu adalah beras premium, sehingga yang didistribusikan ke masyarakat dalam program intervensi pemerintah, itu berasnya beras bagus, semuanya baik,” pungkasnya.

Sampai 27 Februari 2024, stok CPP dalam bentuk beras total ada 1,3 juta ton. Sementara stok beras yang ada di PIBC masih di atas normal mencapai 34 ribu ton dan Cadangan Beras Pemerintah Daerah (CPPD) yang ada di provinsi tercatat total 7,4 ribu ton. Pada saat yang sama Bulog juga melakukan upaya penyerapan yang bersumber dari produksi dalam negeri.

Di kegiatan hari ini, Satgas Pangan PMJ Victor Daniel Henry mengungkapkan dalam pelaksanaan pengawasan sampai hari ini, pihaknya belum ada temuan terkait distribusi beras.

“Satgas Pangan Polda Metro Jaya saat ini, kami fokus untuk mengawasi. kemudian fokus untuk melakukan pengamanan. Kemudian memastikan jalannya rantai distribusi bahan-bahan pokok, khususnya dalam hal ini beras itu dapat terdistribusi dengan baik. Sampai saat ini belum ada temuan yang kita temukan terkait dengan distribusi bahan-bahan pokok dalam hal ini beras,” ucapnya.