GAZA - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres mengatakan pembunuhan lebih dari 100 orang yang mencari bantuan kemanusiaan di Gaza adalah situasi yang memerlukan penyelidikan independen yang efektif.
Berbicara di St. Vincent dan Grenadines menjelang pertemuan puncak regional, Guterres mengatakan dia "terkejut" dengan episode terbaru perang dengan Israel, di mana pihak berwenang Palestina mengatakan lebih dari 30.000 warga sipil telah terbunuh sejak 7 Oktober.
Menanggapi pertanyaan tentang kegagalan resolusi Dewan Keamanan baru-baru ini yang mengupayakan gencatan senjata, Guterres mengatakan memburuknya perpecahan geopolitik telah “mengubah hak veto menjadi instrumen efektif yang melumpuhkan tindakan Dewan Keamanan.”
“Saya sangat yakin bahwa kita memerlukan gencatan senjata kemanusiaan dan kita memerlukan pembebasan sandera tanpa syarat dan segera serta kita harus memiliki Dewan Keamanan yang mampu mencapai tujuan ini,” kata Guterres.
Sebelumnya diberitakan, otoritas kesehatan Gaza mengatakan pasukan Israel pada Kamis menembak mati lebih dari 100 warga Palestina saat mereka menunggu pengiriman bantuan. Namun Israel menyalahkan kematian tersebut pada kerumunan orang yang mengepung truk bantuan, dengan mengatakan para korban terinjak atau tertabrak.
Setidaknya 112 orang tewas dan lebih dari 280 orang terluka dalam insiden di dekat Kota Gaza, kata pejabat kesehatan Palestina.
Korban jiwa warga sipil merupakan yang terbesar dalam beberapa minggu terakhir. Hamas mengatakan insiden itu dapat membahayakan perundingan di Qatar yang bertujuan untuk mencapai gencatan senjata dan pembebasan sandera Israel yang ditahannya. Ketika ditanya apakah menurutnya hal itu akan mempersulit perundingan, Presiden AS Joe Biden berkata: "Saya tahu hal itu akan mempersulit."
Petugas medis di Gaza mengatakan mereka tidak mampu mengatasi banyaknya korban luka serius, yang terjadi ketika jumlah korban tewas dalam perang selama hampir lima bulan telah melampaui angka 30.000, menurut otoritas kesehatan Palestina.