JAKARTA - Pasukan Israel telah menyerang salah satu menara pemukiman terbesar di Rafah di Jalur Gaza selatan.
Hal itu, meningkatkan tekanan pada wilayah terakhir dari wilayah kantong yang belum diserbu Israel dan tempat lebih dari satu juta pengungsi Palestina berlindung.
Gedung Burj al-Masri 12 lantai, yang terletak sekitar 500 meter (1.640 kaki) dari perbatasan dengan Mesir, rusak akibat serangan udara pada Sabtu pagi (9/3/2024).
Puluhan keluarga kehilangan tempat tinggal meskipun tidak ada korban jiwa yang dilaporkan, menurut warga. Militer Israel tidak segera menanggapi permintaan komentar mengenai insiden tersebut.
Salah satu dari 300 penghuni menara mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa Israel memberi mereka peringatan 30 menit untuk meninggalkan gedung pada malam hari.
“Masyarakat kaget, lari menuruni tangga, ada yang terjatuh, terjadi kekacauan. Orang-orang meninggalkan harta benda dan uang mereka,” kata Mohammad al-Nabrees, seraya menambahkan bahwa di antara mereka yang tersandung tangga saat evakuasi panik adalah istri temannya yang sedang hamil.
Seorang pejabat Partai Fatah yang berbasis di Rafah, yang mendominasi Otoritas Palestina dan memiliki pemerintahan sendiri yang terbatas di Tepi Barat yang diduduki, mengatakan dia khawatir bahwa serangan terhadap menara Rafah adalah tanda invasi Israel yang akan segera terjadi.
Lima bulan setelah serangan udara dan darat Israel yang tak henti-hentinya terhadap Gaza, otoritas kesehatan mengatakan hampir 31.000 warga Palestina tewas, lebih dari 72.500 orang terluka dan ribuan lainnya kemungkinan berada di bawah reruntuhan.
Serangan tersebut telah menjerumuskan wilayah Palestina, yang sudah terhuyung-huyung akibat blokade yang dipimpin Israel selama 17 tahun, ke dalam bencana kemanusiaan. Sebagian besar wilayah tersebut telah menjadi puing-puing dan sebagian besar dari 2,3 juta penduduk telah mengungsi, dan PBB memperingatkan akan adanya penyakit dan kelaparan. (*)