Maduro dari Venezuela Umumkan Pencalonannya Kembali pada Bulan Juli

Yati Maulana | Senin, 18/03/2024 14:10 WIB
Maduro dari Venezuela Umumkan Pencalonannya Kembali pada Bulan Juli Presiden Venezuela Nicolas Maduro mengibarkan bendera Partai Persatuan Sosialis Berkuasa di Poliedro de Caracas, Venezuela, 16 Maret 2024. REUTERS

CARACAS - Presiden Venezuela Nicolas Maduro akan mencalonkan diri kembali untuk kedua kalinya untuk mengamankan masa jabatan enam tahun berikutnya dalam pemungutan suara yang direncanakan pada 28 Juli, kata partai Sosialis yang berkuasa.

Maduro, mantan pemimpin serikat pekerja berusia 61 tahun, diproklamasikan sebagai kandidat Partai Sosialis oleh Wakil Presiden Diosdado Cabello, dan tampil di arena olahraga besar untuk berbicara di depan para pendukungnya.

“Hanya ada satu hasil, kemenangan rakyat pada 28 Juli,” kata Maduro sambil mengenakan jaket ritsleting merah cerah. “Mereka belum mampu menghentikan kita, dan mereka juga tidak akan mampu menghentikan kita.”

Jajak pendapat baru-baru ini menunjukkan 13,9% warga Venezuela berencana memilih Maduro, jauh di belakang kandidat oposisi Maria Corina Machado yang meraih 54,5%.

Namun meskipun Machado memenangkan pemilihan pendahuluan oposisi pada bulan Oktober, tidak jelas apakah dia akan muncul dalam pemungutan suara setelah pengadilan tinggi negara tersebut menguatkan larangan yang melarang dia memegang jabatan publik.

Kandidat mempunyai waktu hingga 25 Maret untuk mendaftar dan masih belum jelas apakah pihak oposisi akan menunjuk pengganti Machado, yang berada di bawah tekanan yang semakin besar untuk memilih penggantinya.

AS menghapus sebagian sanksi terhadap pemerintah Venezuela pada akhir tahun 2023 karena adanya kesepakatan pemilu dengan pihak oposisi, namun pemulihan hubungan tersebut berakhir dengan penangkapan tokoh oposisi dan keputusan pengadilan mengenai Machado. AS telah berjanji untuk menerapkan kembali sanksi minyak mulai pertengahan April.

Sumber-sumber dari partai berkuasa mengatakan kepada Reuters bahwa perubahan kebijakan yang dilakukan Maduro mungkin disebabkan oleh berkurangnya popularitas di kalangan pendukungnya.

Venezuela telah mengalami hiperinflasi dan keruntuhan ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya sejak Maduro mengambil alih kekuasaan pada tahun 2013, setelah kematian mentornya, Presiden Hugo Chavez.

Negara ini sering dilanda gelombang protes terhadap partai berkuasa dan Maduro, khususnya antara tahun 2014 dan 2017, yang mengakibatkan puluhan penangkapan dan pembunuhan.

Partai-partai oposisi utama memboikot pemilihan presiden tahun 2018 dan menolak, bersama dengan AS dan negara-negara lain, untuk mengakui kemenangan Maduro.

Maduro meraih kemenangan 1,5% pada pemilu 2013, yang juga dinyatakan curang oleh kandidat oposisi saat itu.