SEOUL - Jumlah pernikahan di Korea Selatan meningkat pada tahun 2023 untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu dekade. Hal itu didorong oleh permintaan terpendam dari pasangan yang menunda pernikahan selama pandemi. Namun data tersebut tidak menunjukkan adanya peningkatan pemulihan berkelanjutan dalam masyarakat yang menua dengan cepat.
Sedikit peningkatan dalam pernikahan tahun lalu terjadi setelah tingkat kesuburan Korea Selatan, yang merupakan yang terendah di dunia, terus mengalami penurunan drastis pada tahun 2023. Ha itu didasari kekhawatiran perempuan terhadap kemajuan karier dan biaya membesarkan anak sehingga menunda persalinan atau memutuskan untuk tidak memiliki bayi.
Sebanyak 193.657 pasangan menikah tahun lalu, naik 1,0% dari 191.690 pada tahun sebelumnya dan merupakan peningkatan pertama sejak 2011, menurut data Statistik Korea pada hari Selasa.
Bandingkan dengan penurunan sebesar 0,4% pada tahun 2022, ketika Korea Selatan mulai melonggarkan pembatasan pertemuan sosial yang diberlakukan selama pandemi COVID-19. Pembatasan tersebut telah menyebabkan jumlah pernikahan turun 9,8% pada tahun 2021 dan 10,7% pada tahun 2020.
Namun angka pada tahun 2023 masih jauh di bawah angka 239.159 pernikahan yang tercatat pada tahun 2019 dan dibandingkan dengan angka tahunan yang tercatat lebih dari 320.000 pada 10 tahun sebelumnya.
Seorang pejabat pemerintah mengatakan bahwa pasangan yang menunda pernikahan merupakan faktor yang berkontribusi terhadap lebih banyak pernikahan pada paruh kedua tahun 2022 dan paruh pertama tahun 2023.
“Namun, pada paruh kedua tahun 2023, jumlah pernikahan menurun dari tahun ke tahun, yang menunjukkan bahwa orang-orang yang menunda pernikahan karena COVID-19 kini sebagian besar telah menikah,” kata pejabat tersebut dalam sebuah pengarahan.
Peningkatan pernikahan pada tahun 2023 juga jauh di bawah lonjakan pernikahan di negara tetangga Tiongkok, di mana pernikahan meningkat sebesar 12,4% tahun lalu, karena semakin banyak pasangan yang menikah setelah tertunda akibat pandemi.
Kebanyakan warga Korea Selatan menyebut tingginya biaya perumahan sebagai hambatan terbesar untuk menikah. Pernikahan dipandang sebagai prasyarat untuk memiliki bayi di negara Asia.
Sebuah survei baru-baru ini terhadap 500 warga Korea Selatan berusia antara 19 hingga 23 tahun menunjukkan 50,4% responden tidak berencana menikah atau memiliki anak, kantor berita Yonhap melaporkan.
Pemerintah telah berjanji untuk melakukan “langkah-langkah luar biasa” untuk mengatasi rendahnya angka kelahiran, dengan partai-partai politik menjanjikan perumahan umum dan pinjaman yang lebih mudah bagi generasi muda Korea Selatan menjelang pemilihan legislatif bulan April.
Pernikahan dengan warga negara asing meningkat tajam selama dua tahun berturut-turut, naik 18,3% menjadi 19.717.