• News

Krisis Diplomatik Israel-Brasil Usai Lula Samakan Nazi dengan Israel di Gaza Mereda

Yati Maulana | Selasa, 26/03/2024 21:05 WIB
Krisis Diplomatik Israel-Brasil Usai Lula Samakan Nazi dengan Israel di Gaza Mereda Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva di Istana Planalto di Brasilia, Brasil, 14 Maret 2024. REUTERS

BRASILIA - Krisis diplomatik yang meletus satu bulan lalu ketika presiden Brasil menyamakan perang Israel melawan Hamas di Gaza dengan genosida Nazi selama Perang Dunia Kedua telah mulai mereda, kata utusan Israel di Brasilia.

“Kami berusaha memadamkan api, dan kami berharap,” kata Duta Besar Daniel Zonshine dalam wawancara dengan Reuters. “Butuh waktu untuk kembali ke hubungan penuh,” tambahnya.

Hubungan antara kedua negara terguncang ketika Presiden Luiz Inacio Lula da Silva, mengunjungi Addis Ababa untuk menghadiri pertemuan puncak Uni Afrika, membuat marah Israel dengan mengatakan satu-satunya preseden sejarah atas kematian di Gaza adalah genosida Nazi terhadap orang-orang Yahudi.

Perbandingan tersebut sama sekali tidak dapat diterima, kata Zonshine.
Duta Besar Brazil untuk Israel, Fred Meyer, dipanggil ke pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Israel Israel Katz keesokan harinya untuk mendapat teguran di Museum Sejarah Holocaust di Yerusalem. Katz menyatakan bahwa Lula tidak diterima di Israel sampai dia meminta maaf, namun dia tidak melakukannya.

Meyer dipanggil kembali ke Brasilia dan belum ada tanggal kembalinya duta besar ke Israel.

Setidaknya, tidak ada pernyataan keras baru dari kedua belah pihak, kata Zonshine, yang membuka jalan bagi peningkatan hubungan dan kelanjutan kerja sama Israel dengan Brasil di banyak bidang, mulai dari pertanian dan irigasi hingga teknologi penerbangan dan keamanan.

Pemerintah Brazil belum mengatakan apakah mereka akan melanjutkan kontribusi yang diumumkan Lula pada bulan Februari kepada UNRWA, badan PBB yang menyediakan layanan kesehatan, makanan dan pendidikan bagi pengungsi Palestina.

Israel menuduh pegawai UNRWA menjadi anggota Hamas, termasuk sayap militernya. Investigasi PBB saat ini sedang mempelajari bukti tersebut dan belum melaporkan temuannya.