JAKARTA - Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid atau HNW mengajak bangsa Indonesia mensyukuri kebhinekaan yang dimiliki, yang mementingkan “ketunggalikaan”, baik keberagaman dalam hal seni budaya, orientasi politik maupun keberagaman agama.
Tak terkecuali, keragaman hari-hari besar yang dimiliki dan diimani masing masing pemeluk agama. Apalagi, keberagamaan hari-hari besar agama, itu bisa menjadi katalisator atau pintu pembuka bagi setiap pemeluk agama untuk segera bangkit dari apapun kondisi yang terjadi sebelumnya, menuju ketunggal ikaan kita sebagai umat yang berukhuwah baik islamiyyah, basyariyah maupun wathaniyyah.
Karenanya Agama juga berkontribusi besar menjaga kerukunan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Termasuk paska pemilihan umum lima tahunan yang telah berlangsung beberapa waktu lalu.
Agama, menurut HNW, selain mengajarkan kebenaran dan memperjuangkan kebenaran, juga menganjurkan kesabaran, pentingnya kerukunan serta persaudaraan. Agama juga mengajak penganutnya, selalu berpandangan untuk mengubah kondisi yang kurang baik menjadi baik, dan yang sudah baik agar menjadi lebih baik lagi.
"Dalam kontek ini, kita bangsa Indonesia, khususnya Partai Keadilan Sejahtera yang afiliasi politiknya sangat jelas, di satu fihak kami memahami bahwa pemilu sudah berlalu, tetapi hasil dari pemilu itu menyisakan masalah yang disengketakan," kata HNW dalam keterangannya, Rabu (27/3).
"Karena itu partai mempergunakan hak konstitusionalnya untuk memperjuangkan keadilan, kebenaran, melalui mekanisme yang dibuka oleh aturan negara, yaitu DPR dan MK," kata HNW menanggapi berbagai dinamika kehidupan berpolitik dan bernegara, paska pemilu yang waktunya hampir berbarengan dengan peringatan hari-hari besar umat beragama, termasuk bulan puasa.
Pernyataan itu disampaikan HNW usai menggelar acara buka puasa bersama dan santunan anak yatim. Acara tersebut berlangsung di rumah dinas Wakil Ketua MPR bilangan Kemang Jakarta Selatan, Senin (25/3/2024).
Agama menurut HNW, juga mengajarkan umatnya melakukan amal makruf dengan cara yang makruf dan nahyi munkar tidak dengan cara yang munkar juga, dan karenanya berani mengkoreksi bila ada kecurangan, ketidak jujuran, pelanggaran hukum, maupun tindak manipulasi.
Apalagi, lanjutnya, dalam konteks pemilu, upaya melawan kecurangan, yang dilakukan melalui MK adalah bagian dari aturan yang dibuat oleh konstitusi. Dan itu adalah kesepakan yang harus ditaati bersama.
"Agama menggariskan kita untuk melaksakan kesepakatan bersama, di Muhammadiyah dinamakan darul ahdi atau negara kesepakatan. Karena kita bersepakat tentang konstitusi, dan konstitusi mengatur tentang pemilu, termasuk bila terjadi sengketa berpemilu. Sekarang bola ada di Mahkamah Konstitusi. Dan MK, diisi oleh para hakim, bukan hanya beragama, tapi dipersyaratkan untuk juga menjadi negarawan," kata Hidayat lagi.
Karena itu, HNW berharap, para hakim di MK betul-betul berbuat adil, berani menegakkan keadilan dan kebenaran, menolak intervensi dan parsial. Agar bisa menegakkan kebenaran dan keadilan.
Dengan begitu apapun hasilnya, akan lebih diterima oleh siapapun. Yang menang maupun kalah. Termasuk mereka yang dinyatakan menang, kemudian terkoreksi, juga akan legowo kalau memang terbukti ada kebohongan.
"Sekarang Ini adalah momentum yang sangat baik bagi MK. Ketika kita umat Islam, termasuk sebagian besar hakim MK, memasuki akhir bulan Ramadan, maka persidangan di MK masih berlangsung, maka sebagaimana kata ulama, ini juga fase yang disebut sebagai `itqun minannaar`(terhindar dari api neraka)," kata HNW.
"Jangan sebaliknya, diakhir Ramadan malah masuk neraka. Semoga para hakim kita jadi penghuni surga, karena itu penting untuk menghukumi dengan melaksanakan kebenaran dan keadilan, dengan mengoreksi kecurangan dan pelanggaran aturan hukum, serta benar-benar berlaku yang independen," pungkas HNW.