JAKARTA - Seorang bayi prematur asal Palestina, yang diselamatkan dari rahim ibunya setelah ia terbunuh dalam serangan Israel di Jalur Gaza, meninggal setelah berhari-hari berada di dalam inkubator.
Sabreen al-Rouh Jouda meninggal di rumah sakit Gaza pada hari Kamis (24/4/2024) setelah kesehatannya memburuk dan tim medis tidak dapat menyelamatkannya, kata pamannya, Rami al-Sheikh Jouda.
Dr Mohammad Salama, kepala unit darurat neonatal di Rumah Sakit Emirat di kota Rafah, Gaza selatan, yang merawat bayi perempuan tersebut, juga mengonfirmasi kematiannya pada hari Jumat (25/4/2024).
“Saya dan dokter lain mencoba menyelamatkannya, tapi dia meninggal. Bagi saya pribadi, ini adalah hari yang sangat sulit dan menyakitkan,” kata Salama kepada kantor berita Reuters.
Ibu gadis tersebut, Sabreen al-Sakani, dilarikan ke rumah sakit setelah serangan udara Israel menghantam rumah keluarga tersebut di Rafah pada hari Sabtu (19/4/2024).
Gadis yang diberi nama Sabreen itu diselamatkan melalui operasi caesar setelah ibunya meninggal karena luka-lukanya.
Al-Sakani, yang sedang hamil 30 minggu, dibunuh bersama suami dan seorang putrinya yang masih kecil.
Militer Israel mengatakan pihaknya menargetkan pejuang Hamas dan infrastruktur dalam serangan tersebut, yang sebagian besar menewaskan perempuan dan anak-anak.
Dengan berat hanya 1,4 kg (3,1 pon), bayi tersebut mengalami gangguan pernapasan parah karena lahir prematur. Dia dirawat di inkubator di unit perawatan intensif neonatal.
“Dia dilahirkan ketika sistem pernafasannya belum matang, dan sistem kekebalan tubuhnya sangat lemah dan itulah yang menyebabkan kematiannya. Dia bergabung dengan keluarganya sebagai seorang martir,” kata Salama, sang dokter.
Paman bayi perempuan itu mengatakan kepada The Associated Press bahwa dia dimakamkan di samping ayahnya pada hari Kamis.
“Kami sangat terikat pada bayi ini,” katanya, berbicara di dekat makam bayi tersebut di pemakaman di Rafah.
“Tuhan telah mengambil sesuatu dari kami tetapi memberikan kami sesuatu sebagai balasannya”, kata sang paman, dengan bayinya yang selamat setelah keluarganya meninggal.
“Tetapi (sekarang) dia telah mengambil semuanya. Keluarga kakakku benar-benar musnah. Sudah dihapus dari catatan sipil. Tidak ada jejak dia yang tertinggal.”
Bayi tersebut termasuk di antara lebih dari 14.000 anak yang tewas dalam serangan Israel di Gaza sejak perang dimulai pada 7 Oktober 2024.
Lebih dari 34.300 warga Palestina di seluruh wilayah kantong Palestina yang terkepung telah terbunuh.
Meskipun ada seruan internasional untuk mengakhiri konflik, para pemimpin Israel mengatakan mereka berencana untuk melanjutkan serangan darat ke Rafah.
Sekitar 1,5 juta warga Palestina berlindung di kota selatan, yang sebelumnya ditetapkan sebagai “zona aman”. (*)