JAKARTA - Misi penjaga perdamaian PBB di Republik Demokratik Kongo (DRC), yang telah membantu memerangi pemberontak selama lebih dari dua dekade, telah menutup salah satu pangkalan utamanya ketika mereka bersiap untuk meninggalkan negara Afrika Tengah sesuai permintaan pemerintah pada tahun ini.
Misi tersebut, juga dikenal sebagai MONUSCO, menutup pangkalan besar di dekat kota Bukavu dalam sebuah upacara pada hari Kamis (24/4/2024)yang dihadiri oleh Bintou Keita, kepala MONUSCO, bersama dengan pejabat militer dan pemerintah DRC.
Pangkalan tersebut, bersama dengan pangkalan lain yang dijadwalkan ditutup pada akhir tahun ini , akan diserahkan kepada militer.
Dikutip dari Al Jazeera, juru bicara PBB Stephane Dujarric mengatakan dalam sebuah pengarahan di markas besar organisasi tersebut di New York bahwa pasukan penjaga perdamaian dari Pakistan, yang merupakan sebagian besar pasukan yang ditempatkan di provinsi Kivu Selatan, akan berangkat setelah lebih dari 20 tahun bertugas.
“Sejak tahun 2003, ketika mereka pertama kali dikerahkan, lebih dari 100.000 penjaga perdamaian dari Pakistan telah bertugas di Kivu Selatan, termasuk 31 tentara Pakistan yang tewas saat menjalankan tugas, untuk melayani PBB dan rakyat Kongo,” kata dia.
Pengunduran diri tersebut terjadi setelah pemerintah Kongo, yang terpilih kembali melalui pemungutan suara yang disengketakan pada akhir Desember, mengatakan misi yang semakin tidak populer tersebut telah gagal melindungi warga sipil dari kelompok bersenjata.
Pemberontak M23 yang didukung Rwanda dan sejumlah kelompok bersenjata lainnya aktif di wilayah timur negara itu, termasuk provinsi Kivu Utara, Kivu Selatan dan Ituri, di mana jutaan warga sipil menghadapi kekerasan dan pengungsian internal.
Sekitar 2.000 tentara PBB dijadwalkan meninggalkan Kivu Selatan pada akhir April, sehingga kekuatan MONUSCO berkurang menjadi 11.500 penjaga perdamaian, menurut pemerintah.
Empat belas pangkalan PBB diperkirakan akan diambil alih oleh pasukan keamanan Kongo, diikuti dengan penarikan bertahap pasukan PBB dari Kivu Utara dan Ituri.
MONUSCO telah aktif di Kongo selama lebih dari 13 tahun, mengambil alih tugas operasi PBB sebelumnya pada tahun 2010.
Pemerintah juga telah mengarahkan pasukan regional Afrika, yang dikerahkan tahun lalu untuk membantu mengakhiri pertempuran, untuk meninggalkan negara tersebut dengan alasan yang sama dengan misi penjaga perdamaian PBB. (*)