JAKARTA - Apakah PBB benar-benar mengatakan lebih sedikit orang yang dibunuh oleh Israel di Gaza?
Tidak, itulah jawaban singkatnya.
Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) pada tanggal 8 Mei menerbitkan sebuah infografik yang merujuk pada angka total 34.844 kematian warga Palestina.
Di bawahnya, disebutkan mengenai kematian tersebut: “24.686 diidentifikasi pada 30 April sebagai: 10.006 laki-laki, 4.959 perempuan, 7.797 anak-anak, 1.924 lansia”.
Grafik tersebut menggunakan angka Kementerian Kesehatan Gaza (Kemenkes) dan menyertakan catatan bahwa angka tersebut “Tidak termasuk lebih dari 10.000 orang yang dilaporkan hilang atau tertimbun reruntuhan”.
Angka-angka jenazah yang telah diidentifikasi disita oleh banyak media ketika PBB “merevisi” perkiraan jumlah perempuan dan anak-anak yang dibunuh Israel dalam serangannya di Gaza.
Sebaliknya, PBB menerbitkan informasi terbaru dari Kementerian Kesehatan Gaza tentang kemajuan upaya besar-besaran untuk mengidentifikasi korban tewas.
Berapa perkiraan `awal`?
Perkiraan jumlah total orang yang dibunuh oleh Israel di Gaza dan mereka yang hilang di bawah reruntuhan atau di tempat lain tidak pernah berubah.
Hingga Selasa (14/5/2024), jumlah totalnya mencapai 35.173 orang yang dibunuh oleh Israel di Gaza sejak perang meletus lebih dari tujuh bulan lalu.
Delapan puluh dua orang di antaranya tewas dalam 24 jam terakhir.
Dari mana asal jumlah korbannya?
Semua jumlah korban – kematian yang teridentifikasi dan tidak teridentifikasi – serta orang hilang diperoleh dari Kementerian Kesehatan Gaza.
Kritikus sering mengkritik Kementerian Kesehatan karena dikelola oleh Hamas, dan menyiratkan bahwa angka-angka yang ada tidak dapat dipercaya.
Namun, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan pada hari Selasa bahwa mereka yakin sepenuhnya terhadap angka-angka yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan.
Statistik Kementerian Kesehatan juga telah diverifikasi oleh Human Rights Watch dan digunakan oleh Departemen Luar Negeri Amerika Serikat dalam konflik-konflik di masa lalu dan baru-baru ini pada bulan Maret 2023, meskipun Presiden AS Joe Biden mempertanyakan angka-angka tersebut tanpa bukti.
Apa `nomor baru` ini?
Apa yang disebut “angka baru” yaitu 24.686 hanya mengacu pada jenazah yang telah diidentifikasi – dimana 7.797 diantaranya adalah anak-anak, 4.959 perempuan dan 1.924 adalah orang lanjut usia.
Artinya, lebih dari 10.000 jenazah yang ditemukan masih belum teridentifikasi.
Selain itu, diperkirakan 10.000 orang masih hilang, kemungkinan besar terkubur di bawah reruntuhan di Gaza.
Apakah angka itu akan berubah?
“Fakta bahwa kita sekarang memiliki 25.000 orang yang teridentifikasi merupakan sebuah langkah maju,” kata juru bicara WHO Christian Lindmeier kepada pers di Jenewa, Selasa (14/5/2024).
“Ada sekitar 10.000 lebih jenazah yang masih harus diidentifikasi sepenuhnya, dan kemudian rincian mereka – yang mana di antaranya adalah anak-anak, yang mana di antaranya adalah perempuan – akan ditetapkan kembali setelah proses identifikasi penuh selesai,” Juru bicara PBB Farhan Haq mengatakan kepada wartawan di New York pada hari Senin.
Apa yang menjadi pemberitaan media saat itu?
Israel terus-menerus mendapat tekanan internasional atas jumlah korban tewas di Gaza.
Beberapa media memanfaatkan rincian angka tersebut karena PBB telah merevisi angka tersebut menjadi “angka yang lebih realistis” – tanpa mengklarifikasi – sebagai bukti adanya bias anti-Israel di dalam PBB.
Dalam beberapa hari terakhir, Mesir – yang telah melakukan gencatan senjata dengan Israel sejak tahun 1979 – telah bergabung dalam kasus Afrika Selatan melawan Israel di Mahkamah Internasional, dan menuduh Israel melakukan genosida.
Saat tampil di podcast Call Me Back, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu nampaknya merujuk pada perubahan tersebut, dengan mengatakan bahwa tentara Israel “telah mampu menjaga rasio warga sipil dan kombatan yang terbunuh… [menjadi] rasio sekitar satu banding satu” .
“Empat belas ribu orang telah terbunuh, para pejuang,” lanjutnya, “dan mungkin sekitar 16,000 warga sipil telah terbunuh.” (*)