JAKARTA - Para ilmuwan telah menemukan sebuah planet besar dengan kepadatan seperti permen kapas dan berjarak 1.200 tahun cahaya dari Bumi.
Temuan baru yang ditemukan tersebut adalah exoplanet WASP-193b dan terletak di luar tata surya kita, menurut penelitian yang dipublikasikan di jurnal Nature Astronomy pada Selasa, 14 Mei. NASA melaporkan tidak ada benda seperti itu yang ada di tata surya kita.
Planet ekstrasurya ini 50% lebih besar dari Jupiter, planet terbesar di tata surya kita. Karena kepadatannya yang sangat rendah, WASP-193b merupakan anomali di antara lebih dari 5.000 eksoplanet yang telah ditemukan para ilmuwan sejauh ini.
Selain itu, karena kepadatannya, diperlukan waktu empat tahun untuk mengumpulkan data, menurut MIT News.
Satu-satunya planet yang ditemukan kurang padat adalah tumbuhan mirip Neptunus Kepler-51d , yang ditemukan 10 tahun lalu.
“Menemukan benda-benda raksasa dengan kepadatan sekecil itu sungguh sangat jarang,” kata penulis utama studi dan postdoc MIT Khalid Barkaoui, menurut MIT News.
“Ada kelas planet yang disebut Puffy Jupiter, dan sudah menjadi misteri selama 15 tahun mengenai apa sebenarnya planet tersebut. Dan ini adalah kasus ekstrem di kelas itu.”
WASP-193b dikategorikan sebagai "super-puff", istilah yang digunakan para ilmuwan untuk merujuk pada kelas eksoplanet unik dengan kepadatan seperti permen kapas.
Kepadatannya diperkirakan 0,059 gram per sentimeter kubik, yang hanya 0,04 gram per sentimeter kubik lebih besar dari permen kapas. Jupiter diukur pada 0,14, sedangkan Bumi pada 5,51 gram per sentimeter kubik.
Dihipotesiskan sebagian besar terdiri dari hidrogen dan helium, yang menurut para ilmuwan kemungkinan besar membentuk atmosfer yang sangat meningkat. Meskipun gas-gas tersebut menggembungkan atmosfer, masih belum diketahui bagaimana sebuah planet bisa mengembang sebesar itu.
“Kami tidak tahu di mana menempatkan planet ini dalam semua teori pembentukan yang kami miliki saat ini, karena ini adalah hal yang berbeda dari semuanya,” kata Francisco Pozuelos, penulis studi dan astronom di Instituto de Astrofisica de Andalucia, dalam sebuah pernyataan.
“Kami tidak dapat menjelaskan bagaimana planet ini terbentuk.”
“Planet ini sangat ringan sehingga sulit untuk memikirkan material padat yang analog,” Julien de Wit, profesor MIT dan rekan penulis studi, mengatakan dalam rilis berita, lapor CBS News.
“Alasan mengapa planet ini mirip dengan permen kapas adalah karena keduanya mengandung banyak udara. Planet ini pada dasarnya sangat halus.”
“Awalnya kami mendapatkan kepadatan yang sangat rendah, yang pada awalnya sangat sulit dipercaya,” tambah Pozuelos.
“Kami mengulangi proses analisis data beberapa kali untuk memastikan ini adalah kepadatan planet yang sebenarnya karena ini sangat langka.” (*)