JAKARTA - Bank Indonesia (BI) berusaha mempersiapkan peluncuran rupiah digital sebagai mata uang digital bank sentral (Central Bank Digital Currency/CBDC) di Indonesia dan kini upaya tersebut mencapai tahap penelitian.
“CBDC tidak menciptakan uang baru sehingga tidak akan mengubah mata uang. Saat ini, Bank Indonesia masih di tahap penelitian dan akan menuju fase menengah,” kata Direktur Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia Ryan Rizaldy dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (28/5/2024).
Ia menyampaikan bahwa belum ada waktu pasti terkait peluncuran rupiah digital dan pihaknya belum melihat urgensi untuk meluncurkan secepatnya.
Walaupun begitu, ia menuturkan bahwa BI telah mempersiapkan diri agar bisa merilis mata uang digital tersebut saat dibutuhkan nantinya.
“Berbeda dari uang digital pihak swasta, bank sentral tidak memiliki ekosistem tersendiri. Maka dari itu, bank sentral harus bekerja sama dengan industri, bank komersial, dan entitas non-bank untuk mengeluarkan CBDC,” ucap Ryan.
Ia mengatakan bahwa rupiah digital didesain melalui inisiatif Proyek Garuda sebagai upaya mengintegrasikan ekonomi dan keuangan digital secara end-to-end dalam agenda transformasi digital nasional.
Pihaknya akan menerbitkan mata uang digital tersebut sebagai pelengkap pilihan berbagai alat pembayaran yang telah ada.
Menurutnya, basis blockchain dan akun perorangan dari rupiah digital menjadikannya lebih aman dan mudah dilacak dibandingkan mata uang digital yang dikeluarkan pihak swasta.
Presiden Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) Ardan Adiperdana menyatakan bahwa pengembangan CBDC merepresentasikan pergeseran paradigma dalam evolusi uang dan keuangan.
Menurutnya, dampak penerapan CBDC terhadap perkembangan kebijakan moneter dan kestabilan finansial tidak dapat dielakkan karena uang digital menawarkan efisiensi dan transparansi.
“CBDC juga berfungsi sebagai bentuk digital dari uang fisik yang dikeluarkan oleh pemerintah, dengan keamanan dan stabilitas aset digital bagi konsumen. Karena itu, saya juga mengajak para akuntan agar lebih ahli dan fleksibel untuk kebaruan ini,” ujar Ardan.
Institute of Chartered Accountants in England and Wales (ICAEW) mencatat bahwa sebagian besar bank sentral negara-negara di seluruh dunia tengah mengembangkan mata uang digital mereka masing-masing.
ICAEW Director for China and South-East Asia Elaine Hong menyatakan bahwa berdasarkan laporan terbaru World Economic Forum, lebih dari 98 persen bank sentral di seluruh dunia sedang melakukan riset, uji coba, maupun peluncuran CBDC untuk melihat kapabilitas dan meningkatkan akses kepada uang sentral, termasuk Indonesia.
“Pelaku sektor keuangan tentu sangat antusias menyambut terobosan baru ini, termasuk di ICAEW. Kami sangat yakin bahwa peran seorang akuntan sangat krusial dalam perubahan besar ini nantinya,” kata Elaine.