LUBUKLINGGAU – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengisyaratkan akan melanjutkan bantuan pangan beras hingga Desember 2024. Terkait hal ini, Kepala Badan Pangan Nasional (NFA) Arief Prasetyo Adi menyatakan, Bulog terus melakukan penguatan stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP).
Isyarat keberlanjutan itu mengemuka saat Presiden memantau penyaluran bantuan pangan beras di Gudang Bulog Taba Pingin, Lubuklinggau, Sumatera Selatan (Sumsel), Kamis (30/5/2024). Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi dan Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi turut mendampingi Presiden dalam kegiatan ini
"(Bantuan pangan) ini sudah bulan Januari, sudah diterima 10 kilo, Februari sudah, Maret sudah, April sudah, Mei sekarang (sudah), bulan depan Juni terima lagi Jadi nanti saya akan lihat yang namanya fiskal anggaran APBN. Nanti bulan Juni akan saya umumkan, tapi kelihatannya bisa dilanjutkan. Bapak ibu berdoa bersama ya,” ucap Presiden yang lantas disambut sorak sorai dari 700 Keluarga Penerima Manfaat (KPM) yang hadir.
"Nanti kelihatan keputusannya nanti di Juni ini. (Misalnya) oh ada anggarannya, (bisa) terus sampai Desember. Ada keluhan mengenai berasnya? Menurut saya, berasnya lebih bagus dari yang saya makan. Itu beras yang kita bagi itu (kualitas) premium. Kalau ada keluhan silakan (sampaikan) itu ada yang ngurus yang namanya Bulog," tambahnya.
Seusai mendampingi Presiden, Arief menyatakan stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) yang dikelola Bulog sampai 28 Mei tercatat tembus hingga 1,8 juta ton. Dirinya meyakini total stok tersebut akan terus bertambah, karena Bulog secara konsisten menyerap hasil panen beras dalam negeri.
“Kita pahami program banpang beras ini terus kita jalankan dan bersumber dari stok CBP. Untuk itu, penguatan stok CBP di saat produksi dalam negeri menjadi atensi utama kami. Ini karena kita ingin di masa depan saat musim kering melanda atau terjadi suatu kondisi pangan global, kita mampu mengatasinya dengan penyaluran CBP untuk membantu masyarakat melalui berbagai program,” jelas Arief.
Menyadur ‘Global Report On Food Crises 2024’ yang disusun Food Security Information Network (FSIN) dan Global Network Against Food Crises, cuaca ekstrem menjadi salah satu penyebab utama kerawanan pangan akut tingkat tinggi sedikitnya bagi 18 negara dengan lebih dari 72 juta penduduknya. Jumlah itu meningkat dibandingkan tahun 2022 yang kala itu terdiri dari 12 negara dengan 56,8 juta penduduk yang terdampak rawan pangan akut.
Disebutkan pula El Nino dan fenomena cuaca perubahan iklim telah menjadikan tahun 2023 sebagai tahun terpanas yang pernah tercatat. Dalam proyeksi 2024 ini, banjir dan cuaca ekstrem akibat angin muson dan angin topan masih menjadi kekhawatiran, terutama di kawasan Asia.
“Karena itu kita pastikan untuk terus memantau dan memastikan Stok CBP dalam kondisi yang baik. Per hari ini 1,8 juta ton dan ini akan terus bertambah. Estimasi panen beras menurut KSA (Kerangka Sampel Area) BPS (Badan Pusat Statistik) sampai Mei, masih ada surplus terhadap konsumsi bulanan beras. Jadi ini memang waktunya CBP terus ditambah, sehingga nanti saat musim kemarau, pemerintah leluasa menyalurkan dalam membantu masyarakat,” papanya.
Menilik data KSA BPS hasil amatan April 2024, produksi beras Januari sampai Juli diproyeksikan dapat mencapai 18,74 juta ton. Dari total itu diestimasikan dapat terjadi surplus produksi terhadap konsumsi di angka sekitar 650 ribu ton. Pada April 2024, estimasi produksi beras di angka 5,31 juta ton. Lalu Mei 2024, produksi diperkirakan dapat berada sampai 3,58 juta ton, dan pada Juni 2024 di 2,01 juta ton serta Juli 2024 di 2,15 juta ton.
Sementara realisasi penyerapan beras produksi dalam negeri oleh Perum Bulog sampai 26 Mei total telah menyentuh 601 ribu ton. Ini terdiri dari pengadaan untuk CBP 517 ribu ton dan beras komersial 83 ribu ton. Sebagai komparasi, realisasi pengadaan beras dalam negeri oleh Bulog pada tahun 2023 total keseluruhan selama setahun berada di angka 1,066 juta ton.