Dievakuasi ke Qatar, Warga Gaza Ini Berharap Bisa Jalan Lagi dengan Kaki Palsu

Yati Maulana | Jum'at, 14/06/2024 17:53 WIB
Dievakuasi ke Qatar, Warga Gaza Ini Berharap Bisa Jalan Lagi dengan Kaki Palsu Shahed Al-Kotati, yang terluka dari Gaza, menunjukkan foto suaminya, di sebuah rumah sakit di Doha, Qatar, 6 Juni 2024. REUTERS

DOHA - Shahed Al-Kotati, bagian dari sekelompok warga Palestina yang terkena dampak perang di Gaza dan menerima perawatan medis di Qatar, berharap tahun depan, dia bisa berjalan sendiri, menggunakan kaki palsu.

Pada bulan Oktober, rumah Al-Kotati di Gaza dibom. Dia dan suaminya terjatuh ke jalan dari lantai dua. Kemudian, dia dipaksa keluar dari Rumah Sakit Al Shifa di Kota Gaza ketika pasukan Israel memerintahkan evakuasi. Tidak ada ambulans yang tersedia.

“Mereka (militer Israel) memaksa kami menggunakan kursi roda,” kata perempuan berusia 23 tahun itu kepada Reuters dari rumah sakit Doha yang aman.

“Saya berharap mereka akan memasang kaki palsu sehingga saya bisa melepaskan alat bantu jalan dan semua hal ini dan berjalan sendiri lagi. Insya Allah.”

Al-Kotati, yang kaki kirinya diamputasi di atas lutut, adalah salah satu dari banyak warga Palestina yang kehilangan anggota tubuh setelah serangan udara atau penembakan Israel di Gaza.

Di Rumah Sakit Umum Hamad Doha, staf membantunya bergerak dengan alat bantu jalan. Hal terbaik di sini, katanya, adalah mereka mendukungnya secara psikologis.

Banyak warga Palestina, termasuk anak-anak, yang anggota tubuhnya diamputasi karena parahnya luka yang mereka alami selama serangan Israel, yang menurut Israel dimaksudkan untuk melenyapkan kelompok militan Palestina Hamas dan menjamin pembebasan sandera Israel yang mereka tahan di Gaza.

Pada bulan Desember 2023, emir Qatar meluncurkan inisiatif untuk membawa 1.500 warga Palestina yang terluka dari Gaza ke Qatar untuk mendapatkan perawatan. Sejauh ini, sekitar 500 telah tiba.

“Kisah pasien kami dimulai di Gaza. Para korban – sebagian besar – adalah korban pemboman dan aktivitas militer lainnya,” kata Sandro Rizoli, Direktur Trauma Medis di Rumah Sakit Umum Hamad.

Perang meletus ketika pejuang Hamas menyerbu ke Israel selatan dari Gaza pada 7 Oktober, menewaskan 1.200 orang dan menyandera sekitar 250 orang, menurut penghitungan Israel.

Israel melancarkan serangan udara, darat dan laut ke wilayah Palestina. Lebih dari 37.000 warga Palestina tewas dan hampir 85.000 lainnya terluka dalam serangan militer Israel, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.

Pada bulan Januari, PBB memperkirakan lebih dari 1.000 anak kehilangan kaki. Pusat prostetik utama di Gaza, sebuah rumah sakit yang didanai Qatar di Kota Gaza, ditutup pada bulan-bulan awal perang setelah serangan Israel, kata otoritas kesehatan Gaza.

Wafaa Abou Samaan, 27, warga Palestina lainnya yang dirawat di Qatar, sedang hamil delapan bulan ketika rumahnya dibom.

“Suami saya menjadi martir, ayah mertua saya juga. Anak perempuan saya terluka, dua di antaranya,” katanya. Salah satu putrinya juga menerima perawatan di Qatar. Anak perempuan lainnya yang terluka masih berada di Gaza.

Abou Samaan kehilangan kaki kanannya di bawah lutut dan lengan kiri bawahnya diamputasi. Bayinya dilahirkan dengan selamat di Mesir pada bulan Desember, sebelum mereka diterbangkan ke Qatar.

“Kami tidak punya siapa-siapa lagi, kami tidak punya rumah, tidak ada apa-apa,” katanya. “Kami duduk di sini, tapi pikiran dan hati kami ada di sana (di Gaza) bersama mereka.”