GAZA – Pejuang Palestina berhasil meledakkan satu unit kendaraan pengangkut personel yang diklaim Israel sebagai kendaraan tercanggih dan terkuat di dunia.
Sedikitnya delapan Pasukan Penjajahan Israel (IDF) tewas akibat serangan pada Sabtu pagi itu (15/6/2024).
Brigade Izzuddin al-Qassam, sayap militer Hamas melansir, pada pagi hari di Hari Arafat, mereka melakukan penyergapan yang rumit terhadap kendaraan Israel yang menembus kawasan lingkungan Saudi di Tal al-Sultan, sebelah barat kota Rafah.
Kabin buldoser militer D9, menurut kelompok Perlawanan, menjadi sasaran peluru al-Yassin 105, menyebabkannya terbakar dan mengakibatkan korban jiwa di antara awaknya.
Segera setelah kedatangan pasukan penyelamat, sebuah APC Namer menjadi sasaran peluru al-Yassin 105, yang menyebabkan kehancurannya dan terbunuhnya seluruh awaknya. Namun, menurut laporan media Israel, delapan tentara Israel tewas terbakar dalam serangan yang menargetkan APC tipe Namer di Rafah.
Perlu dicatat bahwa Namer APC adalah salah satu kendaraan lapis baja paling canggih dan jika dibandingkan dengan kendaraan kelas yang sama secara internasional. APC ini didasarkan pada sasis tank tempur utama Merkava 4, menggantikan kendaraan M113 Amerika yang jauh lebih ringkih.
Seorang pakar militer dan politik, Ahmad Abdul-Rahman, mengatakan kepada Almayadeen bahwa serangan kemarin membayangi “operasi penjajah di Rafah dan seluruh Jalur Gaza.” Abdul-Rahman menjelaskan bahwa militer Israel sekarang akan mempertimbangkan secara ekstensif setiap upaya militer di lingkungan strategis al-Sultan.
Koresponden Almayadeen di Jalur Gaza melaporkan bahwa konfrontasi intens telah berlangsung sejak Jumat malam di wilayah tersebut. Brigade al-Qassam sejauh ini mengumumkan dua operasi, termasuk serangan roket ke situs militer Kissufim. Brigade juga menembakkan granat berpeluncur roket (RPG) tandem al-Yassin yang diproduksi secara lokal ke buldoser D9 kelas militer Israel di al-Sultan.
The Times of Israel melansir, kejadian kemarin menandai insiden paling mematikan bagi IDF di Gaza sejak Januari. Dari delapan yang tewas, hanya satu yang disebutkan namanya pada Sabtu sore, yakni Wassem Mahmoud (23) seorang wakil komandan kompi di Batalyon 601 Korps Teknik Tempur.
Menurut penyelidikan awal IDF, semua pasukan tewas di dalam kendaraan rekayasa tempur lapis baja (CEV) Namer. Para prajurit tersebut sedang melakukan konvoi sekitar pukul 05.00 pagi pada Sabtu setelah semalam melakukan operasi di wilayah barat laut lingkungan Tel Sultan di Rafah. Konvoi tersebut menuju ke gedung-gedung yang direbut tentara untuk beristirahat setelah operasi semalam.
Namer yang diledakkan adalah kendaraan kelima atau keenam dalam konvoi tersebut, dan pada suatu saat, terkena ledakan besar.
Menurut IDF, belum jelas apakah kendaraan tersebut terkena bom yang ditanam sebelumnya atau apakah pejuang telah mendekati kendaraan tersebut dengan membawa alat peledak dan langsung meletakkannya di CEV.
IDF agaknya enggan mengakui bahwa kendaraan canggih mereka itu bisa dihancurkan oleh persenjatan perlawanan.
Kematian delapan tentara IDF kemarin mereka menambah jumlah korban tentara IDF yang terbunuh dalam serangan darat melawan Hamas dan di tengah operasi di sepanjang perbatasan Gaza menjadi 307 orang.
Seorang petugas polisi tewas dalam operasi penyelamatan sandera pekan lalu, dan seorang kontraktor sipil Kementerian Pertahanan juga tewas dalam operasi penyelamatan sandera.
Sebelum serangan kemarin, insiden paling mematikan bagi IDF di Gaza terjadi pada Januari, yang mana 21 tentara tewas dalam ledakan menyusul tembakan RPG Hamas yang meruntuhkan dua bangunan.
Media Israel juga memberitakan bahwa pertempuran sengit telah terjadi di kawasan Rafah sejak siang hari, di tengah sensor media mengenai hasil pertempuran tersebut.
Setelah tewasnya delapan tentara Israel, keluarga para tahanan dan tentara yang tewas di Israel menuntut diakhirinya perang sebagai bagian dari kesepakatan yang akan mengembalikan semua sandera, menurut Israel Broadcasting Corporation. Keluarga para tahanan dan tentara yang tewas menegaskan bahwa kelanjutan perang akan menambah hilangnya nyawa para tahanan dan tentara.
“Anak-anak kami dibunuh dan pemerintah menelantarkan mereka, namun ada sandera yang bisa diselamatkan,” kata mereka.
Sumber: republika.co.id