GUNUNGKIDUL – Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi terkesima saat mengikuti Gerakan Tanam Jagung di Semin, Gunung Kidul. Komoditas jagung, menurut Arief, sangat diperlukan oleh kalangan peternak.
“Ini luar biasa, karena sekian tahun lalu saya ke Gunungkidul, agak sulit nanam di sini ya, karena airnya kurang, kondisinya tidak mungkin. Tapi hari ini ada lahan seperti ini yang bisa dimanfaatkan. Terima kasih kepada Kementan dan pemerintah daerah. Jangan ada satu jengkal pun yang tidak ditanam. Kalau ini ditanami jagung, pasti tentunya nanti para peternak kita bisa happy, karena jagung sangat diperlukan oleh para peternak. Jagung itu hari ini sangat menjanjikan,” ujar Arief dalam ‘Gerakan Tanam Jagung’ bersama Kementerian Pertanian (Kementan) dan Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) di Semin, Gunungkidul, DIY, Senin (1/7/2024).
“Jagung itu kalau harganya di atas Rp 8.000 per kilo, sedulur petani itu senang, tetapi peternaknya semaput. Jadi memang kita harus sama-sama saling menjaga. Seperti kata Bapak Presiden, itu memang tugas pemerintah dalam menjaga harga di setiap lini. Jadi saat harga jagung baik, harga padi baik, sehingga waktunya kita memang memproduksi dalam negeri. Saya diminta Bapak Presiden tentunya agar bergantung kepada produksi dalam negeri,” lanjutnya.
“Jadi jangan ketahanan pangan Indonesia itu didasarkan pada impor saja. Kuncinya ada di bapak ibu semua, sedulur petani. Kalau dikaitkan dengan kondisi kurs hari ini, bagaimana dampaknya ke pangan nasional? Saya mau sampaikan lagi kalau hari ini waktunya kita produksi dalam negeri, sehingga kita bisa penuhi kebutuhan dalam negeri dan ini yang harus didukung oleh semua pihak. Ini kesempatan kita sekarang produksi dalam negeri, karena harganya pasti bagus,” imbuhnya.
Arief turut mendorong Kementan agar dapat memastikan dukungan terhadap petani, misalnya benih dan pupuk. Sementara pihaknya mempersiapkan di fase pasca panen seperti penyerapan oleh peternak unggas dan mobilisasi stok dari daerah surplus ke daerah yang defisit.
Pada kegiatan berikutnya yakni panen dan tanam padi di Gunungkidul, Kepala NFA Arief Prasetyo Adi mendukung adanya percepatan produksi tanam.
“Kita tentunya bersyukur pada hari ini kita bisa masih bisa melakukan panen dan diharapkan bisa melakukan percepatan tanam, karena salah satu yang menjadi harapan Bapak Presiden adalah bagaimana kita melakukan percepatan produksi kembali. Bapak Presiden dalam kunjungan ke beberapa tempat, itu beliau pastikan sendiri bahwa pompanisasi telah berjalan,” ujar Arief.
Penegasan Presiden mengenai ancaman kekeringan dan dampaknya terhadap ketersediaan pangan harus dimitigasi sejak saat ini. Terlebih World Bank dalam publikasi ‘Indonesia Economic Prospects’ yang dirilis Juni ini menyebutkan inflasi dan harga pangan pokok seperti beras, daging ayam, dan telur sangat dipengaruhi oleh perubahan iklim. El Nino pada 2023 memang telah menyebabkan kondisi yang lebih kering daripada biasanya dan berdampak pada produksi pangan di Indonesia.
“Persiapan pangan kita hari ini perlu percepatan, perlu konsentrasi penuh, karena memang ada climate change. Untuk itu, kepada Bulog tugasnya adalah menyerap dengan harga yang baik, jadi tak boleh harga GKP di bawah Rp 6.000 per kilo. Target penyerapan Bulog juga tidak dibatasi, Bulog harus serap sebanyak-banyaknya. Pokoknya tugas Kementan itu siapkan produksi, lalu untuk penyerapan dan jaga harga agar tidak jatuh itu NFA dan Bulog. Kita bagi tugasnya begitu,” bebernya.
“Ini supaya nanti akhir tahun sampai dengan awal tahun depan, kita punya Cadangan Pangan Pemerintah (CPP) yang cukup. CPP itu salah satunya untuk bantuan pangan beras yang akan terus kita lanjutkan di Agustus, Oktober, dan Desember. Berasnya harus yang kualitas bagus, tidak boleh jelek, dan kita perlu bangga dalam satu dua bulan terakhir, beras yang didistribusikan adalah produksi dalam negeri,” papar Arief.
Hingga minggu ketiga Juni 2024, realisasi pengadaan beras dalam negeri oleh Bulog telah berada di angka 690 ribu ton. Sementara total salur sepanjang tahun ini telah mencapai 1,8 juta ton antara lain penyaluran beras program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) 759 ribu ton, bantuan pangan beras tahap pertama 656 ribu ton dan tahap kedua 378 ribu ton, dan tanggap darurat 348 ton.
Dalam kegiatan ini turut hadiri Deputi Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan NFA I Gusti Ketut Astawa, Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan Suwandi, Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementan Ali Jamil, Sekretaris Daerah Provinsi DIY Beny Suharsono, Pemimpin Wilayah Perum BULOG Kanwil Yogyakarta Ninik Setyowati, beserta Kelompok Tani Sri Rejeki dan Karya Tani.