JAKARTA - Para ilmuwan telah menemukan mesin yang, dalam istilah awam, dapat secara efektif mengubah udara menjadi air — dengan menarik kelembapan dari lingkungan, bahkan dalam kondisi kering.
Pemanenan air atmosfer berbasis sorpsi (SAWH) adalah bidang teknik yang mencari cara untuk mengatasi kelangkaan air, yang “tetap menjadi tantangan besar di seluruh dunia,” menurut sebuah studi yang diterbitkan di ACS Energy Letters.
Contoh rekayasa serupa meliputi pemanen kabut dan pemanen air, yang mengumpulkan uap air dari udara.
Akan tetapi, model-model terkini tersebut “sering kali tidak dapat diterapkan di lingkungan kering,” sehingga para ilmuwan dari Institut Teknologi Massachusetts menciptakan model baru yang “telah menunjukkan potensi besar untuk menyediakan air tawar dalam berbagai kondisi iklim.”
Sebuah prototipe yang berdasarkan pada model tersebut, kata penelitian tersebut, menjanjikan “5,826 liter” air per hari, tetapi mengakui “ini membutuhkan energi yang cukup besar,” dan menyarankan penggunaan “panas buangan berdensitas tinggi” — pada dasarnya, kehangatan yang dilepaskan oleh mesin saat beroperasi — sebagai sumber energi.
Hasil penelitian ini dapat berupa “sumber produksi air minum yang andal dan efektif yang dapat diintegrasikan ke dalam berbagai aplikasi yang ada, seperti di gedung-gedung, pabrik industri, dan transportasi dengan panas buangan berdensitas tinggi yang sesuai.”
World Wildlife Fund (WWF) menyatakan bahwa “sekitar 1,1 miliar orang di seluruh dunia tidak memiliki akses terhadap air , dan total 2,7 miliar orang mengalami kelangkaan air setidaknya selama satu bulan dalam setahun.”
Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa , situasi ini tidak akan membaik, dengan menyatakan bahwa “ perubahan iklim memperburuk kelangkaan air. Dampak perubahan iklim membuat air menjadi lebih tidak dapat diprediksi.”
UNICEF memperkirakan bahwa “sekitar 700 juta orang akan kehilangan tempat tinggal akibat kelangkaan air yang parah pada tahun 2030.”
Kelangkaan yang semakin meningkat telah menyebabkan munculnya proyek-proyek seperti pemanenan air atmosfer baru, serta Proyek Air Abu-abu , yang diluncurkan oleh seorang mahasiswa Universitas Stanford. Proyek ini mencari solusi untuk mendaur ulang "air abu-abu" — air yang tidak dapat diminum dari wastafel dan pancuran — agar dapat digunakan untuk toilet dan menyiram tanaman.
Sementara itu, penelitian tersebut melihat desainnya sebagai solusi potensial, dengan menunjukkan bahwa “ada sekitar 1300 triliun liter air tawar di atmosfer yang dapat segera dipanen tanpa bergantung pada pasokan air cair yang ada.” (*)