• News

Imbauan PBB tak Mempan, AS dan Inggris Enggan Mendanai `Jalur Hidup Penting` bagi Palestina

Tri Umardini | Minggu, 14/07/2024 03:01 WIB
Imbauan PBB tak Mempan, AS dan Inggris Enggan Mendanai `Jalur Hidup Penting` bagi Palestina Seorang wanita Palestina berjalan melewati tembok rusak yang bertuliskan logo UNRWA di kamp pengungsi internal di Rafah di Jalur Gaza selatan. (FOTO: AFP)

JAKARTA - Kepala Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah memimpin upaya yang didukung internasional untuk mendukung badan pengungsi Palestina (UNRWA) tetapi belum berhasil meyakinkan donor Barat terbesarnya.

Amerika Serikat dan Inggris, sekutu utama Israel, terus memblokir secara finansial organisasi utama yang mengirimkan bantuan kemanusiaan kepada warga Palestina di Jalur Gaza dan tempat lainnya.

Empat belas dari 16 negara donor melanjutkan pendanaan setelah menangguhkannya pada bulan Januari, ketika Israel menuduh anggota organisasi tersebut telah mengambil bagian dalam serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober yang menewaskan lebih dari 1.100 orang di Israel selatan.

AS adalah donor terbesar UNRWA, tetapi Kongres telah melarang pembayaran apa pun kepada badan tersebut hingga 25 Maret 2025.

Sebuah tinjauan independen pada bulan April menemukan bahwa Israel belum memberikan bukti yang kredibel atas klaimnya. Ada penyelidikan terpisah terhadap serangan Oktober itu sendiri, oleh Kantor Layanan Pengawasan Internal PBB.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyampaikan pada konferensi ikrar di New York pada hari Jumat bahwa UNRWA menghadapi “kesenjangan pendanaan yang mendalam” dan bahwa tanpa dukungan finansial kepada organisasi tersebut “pengungsi Palestina akan kehilangan tali penyelamat yang penting dan secercah harapan terakhir untuk masa depan yang lebih baik”.

“Saya tegaskan – tidak ada alternatif selain UNRWA,” katanya, seraya memperingatkan bahwa perintah evakuasi Israel memaksa warga Palestina “untuk bergerak seperti bola pinball manusia melintasi lanskap kehancuran dan kematian”.

Kepala UNRWA Philippe Lazzarini mengucapkan terima kasih kepada 118 negara yang menandatangani komitmen bersama untuk mendukung dan memperkuat dukungan finansial dan politik bagi badan tersebut saat badan tersebut “mengalami serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan upaya sistematis untuk membubarkannya”.

Lazzarini mengatakan ia berharap Inggris – yang memilih pemerintahan Buruh baru minggu lalu – akan segera melanjutkan dukungan finansialnya.

Ia mengatakan organisasi tersebut saat ini telah mengamankan pendanaan dari negara-negara donor hingga September, tetapi jumlah total yang dijanjikan tidak akan diketahui hingga minggu depan.

Menurut Lazzarini, kini ada 600.000 anak perempuan dan laki-laki Palestina yang berusia sekolah dasar dan menengah yang tinggal di reruntuhan, mengalami trauma mendalam, dan membutuhkan bantuan UNRWA untuk memulai kembali pendidikan mereka.

Inisiatif untuk mendukung organisasi tersebut di PBB dipelopori oleh Slovenia, Yordania, dan Kuwait dan ditandatangani oleh seluruh 15 anggota Dewan Keamanan PBB.

`Bunuh berkas pengungsi`

Dikutip dari Al Jazeera, Hassan Barari, profesor hubungan internasional di Universitas Qatar mengatakan, Israel telah berusaha selama bertahun-tahun untuk menghentikan dana UNRWA karena mereka yakin bahwa organisasi tersebut efektif dalam membantu pengungsi Palestina.

"Mereka berpikir bahwa jika mereka menghentikan pendanaan UNRWA, maka warga Palestina akan berada di masyarakat mereka sendiri dan dilupakan di tahun-tahun mendatang," katanya.

"Ini adalah kelanjutan dari upaya Israel untuk menghentikan pendanaan UNRWA guna menghentikan berkas pengungsi dari negosiasi apa pun di masa mendatang."

Lex Takkenberg, mantan kepala kantor etika UNRWA, mengatakan bahwa badan tersebut adalah satu-satunya badan internasional dengan kerangka netralitas rumit yang mencakup pelatihan staf, pemeriksaan keuangan, dan inspeksi instalasinya.

"Tidak dapat dipungkiri bahwa ada pelanggaran, seperti yang terjadi di organisasi lain, tetapi lembaga ini melakukan pekerjaan yang luar biasa dalam memberikan dukungan kepada warga Palestina dalam situasi yang paling buruk," katanya, seraya menambahkan bahwa lembaga ini telah berusaha semaksimal mungkin untuk beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip kemanusiaan.

Takkenberg mengatakan Israel tidak memberikan bukti kredibel untuk mendukung klaimnya bahwa staf UNRWA ikut serta dalam serangan 7 Oktober.

Klaim-klaim ini malah digunakan untuk menormalisasi serangan terhadap UNRWA dan fasilitas-fasilitasnya, yang telah menjadi "bagian integral dari serangan di Gaza", katanya. (*)