ISLAMABAD, 15 Juli (Reuters) - Pakistan berencana melarang partai politik mantan Perdana Menteri Imran Khan dan menggerakkan pengadilan tinggi negara itu untuk mengajukan tuduhan makar terhadapnya, kata menteri informasi pada Senin.
Langkah pelarangan Pakistan Tehreek-e-Insaf (PTI) didasarkan pada tuduhan partai tersebut terbukti menerima dana asing dari sumber ilegal di Pakistan, serta kerusuhan yang dilakukan pendukungnya tahun lalu yang menargetkan instalasi militer, Menteri Attaullah Tarar dikatakan.
“Pemerintah federal akan mengajukan kasus untuk melarang Tehreek-e-Insaaf Pakistan,” katanya, seraya menambahkan bahwa rencana tersebut akan dibahas di hadapan kabinet, yang diberi wewenang untuk mengambil keputusan.
Pemerintah juga akan mengajukan rujukan hukum terhadap Khan dan mantan Presiden Arif Alvi atas tuduhan makar berdasarkan konstitusi negara tersebut ke Mahkamah Agung, kata Tarar.
Ajudan Khan, Zulfikar Bukhari, mengatakan keputusan itu merupakan langkah menuju “darurat darurat militer yang lunak”. “Ini merupakan tanda kepanikan karena mereka menyadari bahwa pengadilan tidak dapat diancam dan diberi tekanan,” katanya.
Kandidat PTI mengikuti pemilu 8 Februari sebagai kandidat independen setelah dilarang mengikuti pemilu.
Mahkamah Agung pekan lalu memutuskan bahwa partai tersebut memenuhi syarat untuk mendapatkan lebih dari 20 kursi tambahan di parlemen, sehingga meningkatkan tekanan pada pemerintah koalisi yang lemah di negara tersebut.
Belum jelas dampak apa yang akan ditimbulkan dari rencana larangan tersebut terhadap keputusan pengadilan yang memberikan kursi cadangan.
Tarar mengatakan pemerintah akan mengupayakan peninjauan hukum atas masalah cadangan kursi tersebut.
Dia mengatakan lobi PTI di Washington untuk mendapatkan dukungan Dewan Perwakilan AS terhadap resolusi yang menentang pemilu di Pakistan, serta menulis surat kepada IMF untuk meminta audit pemilu sebelum membantu negara tersebut juga menjadi alasan di balik keputusan tersebut.
Dipenjara sejak Agustus, Khan pada hari Sabtu dibebaskan, bersama dengan istri ketiganya, atas tuduhan bahwa mereka menikah secara tidak sah tetapi dia tidak akan dibebaskan setelah pihak berwenang mengeluarkan perintah baru untuk menangkapnya.
Khan berkuasa pada tahun 2018 dan digulingkan pada tahun 2022 setelah berselisih dengan militer Pakistan yang kuat.