• Bisnis

Kunci Pinjaman IMF, Mesir Naikkan Harga Bahan Bakar Minyak

Tri Umardini | Jum'at, 26/07/2024 04:01 WIB
Kunci Pinjaman IMF, Mesir Naikkan Harga Bahan Bakar Minyak Seorang pekerja mengisi tangki mobil di sebuah stasiun pengisian bahan bakar di Kairo, Mesir. (FOTO: REUTERS)

JAKARTA - Mesir menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk kedua kalinya dalam empat bulan, memenuhi persyaratan reformasi ekonomi yang ditetapkan oleh Dana Moneter Internasional (IMF) untuk membuka ratusan juta pinjaman baru.

Lembaran negara Mesir melaporkan kenaikan harga bensin hingga 15 persen pada hari Kamis (25/7/2024), empat hari sebelum IMF meninjau program pinjamannya sebesar $8 miliar, yang tahap berikutnya adalah $820 juta.

Harga baru berlaku pada hari Jumat (26/7/2024), kata Kementerian Perminyakan dan Sumber Daya Mineral Mesir.

Harga bensin melonjak sekitar 15 persen dan sekarang akan berkisar antara 12,25-15 pound ($0,25-$0,31) per liter.

Keputusan itu juga akan membuat solar, salah satu bahan bakar yang paling umum digunakan di Mesir, menjadi lebih mahal, dari 10 pound Mesir ($0,21) menjadi 11,50 pound ($0,24).

Mencabut subsidi bahan bakar
Sebagai bagian dari kesepakatan dana talangan IMF, Mesir setuju untuk secara bertahap memangkas subsidi bahan bakar, yang menghabiskan sebagian besar anggaran yang kekurangan uang.

Mesir memberlakukan kenaikan harga tahap awal pada bulan Maret untuk menyamakan harga domestik dengan harga di pasar internasional.

Negara ini bertujuan untuk menghapus subsidi bahan bakar sepenuhnya pada akhir tahun 2025, menurut juru bicara pemerintah Mohamed el-Homossan.

Langkah itu dilakukan saat Mesir berjuang melawan krisis ekonomi terburuk dalam lebih dari satu dekade, dengan utang luar negeri yang membengkak mendorong inflasi dan menyebabkan beberapa devaluasi mata uang lokal berturut-turut.

Inflasi mencapai puncaknya hampir 40 persen tahun lalu, sebelum turun menjadi 27,5 persen pada bulan Juni.

Menurut angka resmi, hampir 30 persen warga Mesir hidup dalam kemiskinan.

Di samping krisis ekonomi, Mesir juga terperangkap dalam ketegangan regional, dengan perang berdarah yang berkecamuk di negara tetangga Gaza dan Sudan.

Serangan oleh Houthi Yaman yang bersekutu dengan Iran terhadap pelayaran di sekitar Laut Merah juga telah memukul pendapatan dari Terusan Suez Mesir, mencatat penurunan sebesar 23,4 persen pada tahun fiskal 2023-24 dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

IMF telah menuntut Mesir melaksanakan reformasi luas untuk mengatur ulang ekonominya, termasuk beralih ke rezim pertukaran liberal, mengurangi pengeluaran pemerintah, dan memberi insentif pada investasi swasta. (*)