PANAMA CITY - Panama menangguhkan hubungan diplomatiknya dengan Venezuela dan akan menarik personel diplomatiknya dari negara itu hingga tinjauan menyeluruh atas hasil pemilihan presiden hari Minggu dilakukan, kata Presiden Jose Raul Mulino pada hari Senin.
Sebelumnya pada hari itu, Panama bergabung dengan delapan negara Amerika Latin lainnya yang menyerukan pertemuan darurat dewan tetap Organisasi Negara-negara Amerika (OAS). Alasannya, mereka khawatir tentang pemilihan Venezuela, di mana Presiden Nicolas Maduro dan pesaing oposisi Edmundo Gonzalez sama-sama mengklaim kemenangan.
"Kami menunda hubungan diplomatik hingga peninjauan lengkap catatan pemungutan suara dan sistem komputer pemungutan suara dilakukan," kata Mulino dalam konferensi pers.
Mulino mengatakan penarikan personel diplomatik biasanya memakan waktu sekitar 72 jam, tetapi Kementerian Luar Negeri akan memutuskan apa yang tepat.
Amerika Serikat mengatakan pemilihan kembali Maduro tidak memiliki kredibilitas dan sedang mempertimbangkan lebih banyak sanksi. Sementara Tiongkok dan Rusia mengucapkan selamat kepadanya.
Jajak pendapat independen menyebut kemenangan Maduro tidak masuk akal. Sementara pemerintah di Washington dan di seluruh Amerika Latin mempertanyakan hasil dan mendesak penghitungan suara penuh.
"Bahkan (Maduro) tidak percaya kecurangan pemilu yang dirayakannya," kata Presiden Argentina Javier Milei.
Peru memerintahkan diplomat Venezuela untuk meninggalkan negara itu dalam waktu 72 jam, dengan alasan "keputusan serius dan sewenang-wenang yang dibuat hari ini oleh rezim Venezuela."
Namun dalam perpecahan global yang sudah biasa, sekutu termasuk Rusia, Tiongkok, dan negara-negara Amerika Latin yang dipimpin kaum kiri mendukung Maduro.
"Tiongkok akan, seperti biasa, dengan tegas mendukung upaya Venezuela untuk melindungi kedaulatan nasional, martabat nasional, dan stabilitas sosial, dan dengan tegas mendukung tujuan Venezuela yang benar untuk menentang campur tangan eksternal," kata Presiden Xi Jinping dalam pesan ucapan selamat.