• News

Sempat Diberi Kesempatan Pengakuan Bersalah, Menhan AS Cabut Pembelaan Tersangka 9/11

Yati Maulana | Minggu, 04/08/2024 20:05 WIB
Sempat Diberi Kesempatan Pengakuan Bersalah, Menhan AS Cabut Pembelaan Tersangka 9/11 Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin memeriksa pasukan kehormatan di Kamp Aguinaldo, di Kota Quezon, Metro Manila, Filipina, 30 Juli 2024. REUTERS

WASHINGTON - Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin pada mencabut kesepakatan pembelaan yang disetujui awal minggu ini dengan pria yang dituduh mendalangi serangan 11 September. Mereka adalah Khalid Sheikh Mohammed, dan dua kaki tangannya, yang ditahan di penjara militer AS di Teluk Guantanamo, Kuba.

Pentagon mengatakan pada hari Rabu bahwa kesepakatan pembelaan telah dibuat tetapi tidak merinci lebih lanjut. Seorang pejabat AS mengatakan bahwa kesepakatan tersebut hampir pasti melibatkan pengakuan bersalah sebagai imbalan atas pencabutan hukuman mati.

Namun pada hari Jumat, Austin membebaskan Susan Escallier, yang mengawasi pengadilan perang Guantanamo Pentagon, dari kewenangannya untuk membuat perjanjian praperadilan dalam kasus tersebut dan mengambil alih tanggung jawab itu sendiri.

"Berlaku segera, dalam menjalankan kewenangan saya, saya dengan ini menarik diri dari tiga perjanjian praperadilan...," tulis Austin dalam sebuah memo.

Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin memeriksa pasukan kehormatan selama kedatangannya di Kamp Aguinaldo, di Kota Quezon

Banyak anggota parlemen Republik, termasuk Ketua DPR Mike Johnson dan Pemimpin Minoritas Senat Mitch McConnell, mengkritik keras kesepakatan pembelaan tersebut.

Mohammed adalah narapidana paling terkenal di fasilitas penahanan di Teluk Guantanamo, yang didirikan pada tahun 2002 oleh Presiden AS saat itu George W. Bush untuk menampung tersangka militan asing setelah serangan 11 September 2001 di Amerika Serikat.

Mohammed dituduh mendalangi rencana untuk menerbangkan pesawat penumpang komersial yang dibajak ke World Trade Center di New York City dan ke Pentagon. Serangan 9/11, seperti yang dikenal, menewaskan hampir 3.000 orang dan menjerumuskan Amerika Serikat ke dalam apa yang kemudian menjadi perang selama dua dekade di Afghanistan.

Kesepakatan pembelaan juga telah dicapai oleh dua tahanan lainnya: Walid Muhammad Salih Mubarak Bin `Attash dan Mustafa Ahmed Adam al Hawsawi.