YOGYAKARTA - Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) terus memperkuat sinergi pencegahan dan penanganan kerawanan pangan dan gizi melalui kerja sama dengan berbagai pihak.
"Pemerintah berkomitmen untuk terus mengupayakan penurunan kerawanan pangan dan gizi. Karena itu, kita membangun kerja sama dengan berbagai pihak. Dan pada hari ini dengan UGM kita memperkuat komitmen bersama untuk menghadapi tantangan kerawanan pangan dan gizi," ujar Deputi Bidang Kerawanan Pangan dan Gizi NFA Nyoto Suwignyo dalam acara penandatanganan kerja sama NFA dengan UGM pada Rabu (14/8/2024) di Yogyakarta.
"Melalui kolaborasi ini, kita harapkan lahirnya solusi-solusi inovatif yang tidak hanya menjawab kebutuhan jangka pendek tetapi juga berkontribusi pada ketahanan pangan dan gizi berkelanjutan di Indonesia. Kekurangan gizi pada usia dini akan berimplikasi pada perkembangan anak dan selanjutnya perkembangan potensi diri pada usia produktif, kami berharap sinergi ini dapat memberikan dampak besar bagi kemajuan perkembangan gizi di indonesia,’’tambahnya.
Dalam kesempatan yang sama, Dekan Fakultas Pertanian UGM, Jaka Widada mengungkapkan bahwa kerawanan pangan dan gizi merupakan tanggung jawab bersama semua pihak. Pertumbuhan penduduk semakin meningkat sehingga kebutuhan pangan juga terus meningkat. Karena itu, pemenuhan pangan yang cukup menjadi penting.
"Kami menyadari akan ada tantangan berat di depan yang harus dihadapi dan mulai saat ini kita harus mempersiapkan agar permasalahan pangan dimasa mendatang dapat diatasi dengan baik. Saya optimis kerja keras kita bersama hari ini akan memberikan manfaat bagi bangsa dan negara."ujarnya.
Adapun kerja sama ini mencakup berbagai aspek, mulai dari penelitian dan pengembangan kebijakan pangan, peningkatan kapasitas sumber daya manusia, hingga pelaksanaan program-program intervensi yang berbasis data dan teknologi. NFA dan UGM akan memanfaatkan keunggulan akademik dan penelitian yang dimiliki oleh UGM serta pengalaman NFA dalam mengelola pangan nasional untuk menciptakan solusi yang komprehensif dan berkelanjutan.
Kepala NFA Arief Prasetyo Adi dalam keterangan terpisah mengapresiasi kolaborasi yang dibangun dalam penanganan isu-isu terkait pangan dan gizi.
"Sinergi lembaga pemerintah dengan perguruan tinggi ini sangat penting untuk mengatasi kerawanan pangan dan gizi. Kami berkomitmen untuk mengintegrasikan berbagai kebijakan dan program untuk memastikan bahwa setiap individu, terutama yang berada dalam kondisi rentan, mendapatkan akses yang memadai terhadap pangan bergizi." ujar Arief.
Berdasarkan peta FSVA 2023, jumlah daerah rentan rawan pangan mengalami penurunan dari 74 kab/kota pada tahun 2022 menjadi 68 kab/kota pada tahun 2023. "Ini terus kita dorong sehingga daerah daerah rentan rawan pangan bisa naik statusnya menjadi daerah tahan pangan pada tahun 2025," pungkas Nyoto.