JAKARTA - Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) mengaku bersyukur telah sukses mengambil alih aset dari perusahaan-perusahaan asing yang sudah berada di Indonesia sejak puluhan tahun.
Pengambilalihan aset tersebut, menurut Jokowi, sebagai upaya memastikan kekayaan alam Indonesia dikelola untuk kepentingan dan kesejahteraan rakyat.
"Kita juga telah mengambil kembali aset kita yang selama puluhan tahun dikelola oleh pihak asing, yang selama puluhan tahun diambil manfaat besarnya oleh pihak asing," kata Jokowi saat pidato di Sidang Tahunan bersama MPR/DPR/DPD RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (16/8).
Adapun yang sudah diambil adalah PT Freeport Indonesia (PTFI) yang saat ini Indonesia sudah memegang 51% saham di perusahaan asal Amerika Serikat (AS) itu.
Kemudian Blok Rokan yang sejak tahun 2021 100% sahamnya sudah dipegang oleh PT Pertamina (Perser) dari perusahaan migas asal AS yakni PT Chevron Pacific Indonesia.
Selanjutnya, PT Newmont Nusa Tenggara yang saat ini berubah nama menjadi PT Amman Mineral Internasional (AMNT) melalui perusahaan swasta Indonesia yakni Medco Energy (MEDC).
"Alhamdulillah, semua itu bisa kita ambil alih kembali," kata Jokowi.
Jokowi mengatakan bahwa kekayaan alam yang ada di Indonesia itu merupakan anugerah yang telah diberikan oleh Allah SWT. Maka itu, sudah sepatutnya kekayaan alam tersebut harus dinikmati secara besar oleh Indonesia.
"Alhamdulillah, sampai saat ini telah terbangun smelter dan industri pengolahan untuk nikel, bauksit, dan tembaga yang membuka lebih dari 200 ribu lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan negara Rp158 triliun selama 8 tahun ini," kata Jokowi.
Jokowi menjelaskan bahwa langkah untuk mengembalikan Freeport dilakukan dengan upaya yang cukup. Sejumlah negara pun sempat menggugatnya terkait peralihan freeport.
"Kita juga telah mengambil langkah besar untuk meningkatkan produktivitas dan nilai tambah dengan tidak lagi mengekspor bahan mentah, tapi mengolahnya dulu di dalam negeri. Walau banyak negara lain menggugat, menentang, bahkan berusaha menggagalkan, tapi kita sebagai bangsa yang berdaulat, sebagai bangsa yang besar, kita tidak goyah, bahkan terus maju melangkah. Langkah tersebut dimulai dari nikel, bauksit, dan tembaga yang akan dilanjutkan dengan timah, serta sektor potensial lainnya, seperti perkebunan, pertanian, dan kelautan," kata Jokowi.
Bahkan, kata Jokowi, kini Indonesia juga tengah berupaya secara maksimal untuk bergerak di sektor teknologi dan digitalisasi. Hal itu merujuk pada potensi masa depan Indonesia menjadi ekonomi hijau.
"Indonesia juga tidak ingin kehilangan momentum karena Indonesia memiliki potensi besar di sektor energi hijau, yaitu sekitar lebih dari 3.600 GW, baik dari energi air, angin, matahari, panas bumi, gelombang laut, dan bio energi," kata Jokowi.