• News

Malaysia Umumkan Rencana Adopsi Orangutan bagi Importir Minyak Kelapa Sawit

Yati Maulana | Senin, 19/08/2024 13:05 WIB
Malaysia Umumkan Rencana Adopsi Orangutan bagi Importir Minyak Kelapa Sawit Seekor orangutan Kalimantan betina menggendong anaknya di pusat rehabilitasi di Sepilok, Malaysia, 17 Agustus 2024. REUTERS

SANDAKAN - Perusahaan yang mengimpor minyak kelapa sawit dari Malaysia akan dapat mengadopsi orangutan tetapi orangutan tidak akan dapat meninggalkan negara itu. Menteri komoditas pada hari Minggu menjelaskan aturan versi revisi dari skema konservasi yang diumumkan awal tahun ini.

Menteri Perkebunan dan Komoditas Johari Abdul Ghani juga berjanji untuk menghentikan penggundulan hutan di Malaysia, dengan mengatakan 54% wilayah negara itu berhutan dan tingkat penggundulan hutan tidak akan turun di bawah 50%.

Pada bulan Mei, menteri tersebut mengajukan rencana untuk mengirim orangutan ke luar negeri sebagai hadiah dagang dalam upaya untuk meredakan kekhawatiran tentang dampak produksi minyak kelapa sawit terhadap habitat hewan, yang cenderung melibatkan pembukaan lahan hutan.

Rencana tersebut menimbulkan keberatan dari kelompok konservasi yang khawatir akan kesejahteraan orangutan yang terancam punah.

"Hewan-hewan itu tidak dapat meninggalkan habitat alami mereka. Kita harus menjaga mereka di sini. Dan kemudian kita akan bertemu dengan negara-negara atau pembeli minyak kelapa sawit kita jika mereka ingin bekerja sama untuk memastikan bahwa hutan-hutan ini dapat dirawat dan dilestarikan selamanya," kata Johari dalam konferensi pers di Sabah, Kalimantan utara.

Kelompok konservasi WWF mengatakan populasi orangutan, yang namanya berarti "manusia hutan" dalam bahasa Melayu, kurang dari 105.000 di pulau Kalimantan.
Skema "diplomasi orangutan" pertama kali dipublikasikan pada bulan Mei setelah Uni Eropa tahun lalu menyetujui larangan impor komoditas yang terkait dengan penggundulan hutan.

Malaysia, produsen minyak kelapa sawit terbesar kedua di dunia yang digunakan dalam berbagai hal mulai dari lipstik hingga pizza, menggambarkan undang-undang tersebut sebagai diskriminatif.

Johari mengatakan dana yang terkumpul dari perusahaan yang mengadopsi orangutan akan disalurkan ke organisasi non-pemerintah dan pemerintah Sabah untuk memantau kawasan hutan tempat primata tersebut hidup, dan berupaya memantau keselamatan dan kondisi hewan tersebut.

Dia tidak memberikan perincian tentang berapa biaya adopsi.
Marc Ancrenaz, direktur ilmiah organisasi non-pemerintah Hutan, mengatakan dia berharap rencana tersebut dapat mendanai pekerjaan konservasi habitat, seperti membangun koridor di antara hutan yang terfragmentasi yang terlalu kecil untuk menopang populasi satwa liar yang layak.