JAKARTA - Otoritas Pasar Modal Indonesia PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebutkan, rencana penurunan suku bunga acuan (dovish) oleh bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed bakal beri sentimen ke pasar saham Indonesia.
Para pelaku pasar memproyeksikan The Fed akan memangkas Fed Fund Rate (FFR) dalam Federal Open Market Committee (FOMC) pada pertemuan 17- 18 September 2024 mendatang.
"Kalau kita lihat globalnya sekarang, terakhir The Fed ada rencana menurunkan tingkat bunga. Pasti ada dampaknya," ujar Direktur Utama BEI Iman Rachman di Jakarta, Senin (26/8/2024).
Selain itu, lanjutnya, proses Pemilihan Umum (Pemilu) pada akhir tahun di AS juga akan berdampak ke pasar saham Indonesia.
"Dampaknya (mungkin) sangat signifikan, terutama Pemilu di AS, tapi semuanya sekarang udah price in. Jadi, mudah- mudahan domestiknya juga bagus," ujar Iman.
Dari dalam negeri, Ia menyebut bahwa persepsi pelaku pasar terhadap kondisi politik di Tanah Air juga berdampak terhadap pasar saham. Namun demikian, menurutnya, kondisi makroekonomi Indonesia masih bagus sampai saat ini.
"Persepsi orang terhadap kondisi politik kita juga mendukung apa yang terjadi di indeks. Indonesia sampai hari ini tidak ada hal- hal yang secara makroekonomi itu cukup bagus," ujar Iman.
Pada perdagangan hari ini, Senin (26/08), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatatkan rekor tertinggi sepanjang masa atau All Time High (ATH) di level 7.619,90.
Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 1.151.968 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 16,59 miliar lembar saham senilai Rp12,41 triliun. Sebanyak 360 saham naik 219 saham menurun, dan 217 tidak bergerak nilainya.(ant)