• News

Capres Tunisia Masih Ditahan, Kritikus Sebut Oposisi Dicurangi Petahana

Yati Maulana | Sabtu, 07/09/2024 12:05 WIB
Capres Tunisia Masih Ditahan, Kritikus Sebut Oposisi Dicurangi Petahana Seorang demonstran membawa spanduk selama protes menuntut pengembalian tiga kandidat dalam Pilpres, di dekat markas Komisi Pemilihan Umum di Tunis, Tunisia, 2 September 2024. REUTERS

TUNIS - Calon presiden Tunisia Ayachi Zammel masih ditahan pada hari Jumat meskipun telah dibebaskan beberapa jam sehari sebelumnya, kata tim kampanyenya. Zammel adalah satu dari tiga kandidat yang disetujui oleh komisi pemilihan umum Tunisia untuk maju dalam pemilihan presiden pada 6 Oktober. Menurut kritikus, oposisi dicurangi demi kepentingan Presiden Kais Saied.

Pihak berwenang menuduhnya melakukan penyimpangan terkait pemilu.

Ia pertama kali ditangkap pada hari Senin dan seorang hakim memerintahkannya dibebaskan pada hari Kamis.

Kantor berita negara TAP melaporkan pada hari Jumat bahwa ia telah dibebaskan dari tahanan polisi, merujuk pada pembebasan pertamanya sebelum ia ditangkap kembali.

Tim kampanyenya mengatakan kepada Reuters bahwa ia masih dalam tahanan pada hari Jumat. Mahdi Abdel Jawed mengatakan: "Zammel masih ditahan sejak tadi malam, hanya beberapa menit setelah ia dibebaskan."

Ia dituduh memalsukan formulir pemilih untuk pemilihan bulan depan. Setiap kandidat harus menyerahkan formulir dari 10.000 pendukung agar memenuhi syarat untuk mencalonkan diri. Ia membantah tuduhan tersebut.

Zammel mengatakan bahwa ia menghadapi pembatasan dan intimidasi karena ia merupakan pesaing serius Saied. Ia telah berjanji untuk membangun kembali demokrasi, menjamin kebebasan, dan memperbaiki ekonomi Tunisia yang sedang runtuh.

Saied terpilih secara demokratis pada tahun 2019, tetapi kemudian mempererat cengkeramannya pada kekuasaan dan mulai memerintah melalui dekrit pada tahun 2021 dalam sebuah langkah yang oleh pihak oposisi digambarkan sebagai kudeta.

Faksi-faksi politik utama mengatakan bahwa kekuasaan Saied selama bertahun-tahun telah mengikis perolehan demokrasi dari revolusi Tunisia tahun 2011.

Partai-partai oposisi dan kelompok-kelompok hak asasi manusia menuduh pihak berwenang menggunakan pembatasan sewenang-wenang untuk membantu memastikan terpilihnya kembali Saied.

Bersama dengan Zammel dan Saied, politisi Zouhair Maghzaoui disetujui untuk mencalonkan diri dalam pemilihan umum.