SANTIAGO - Rumput laut hijau berlendir mengapung di gelas kimia, ember, dan tong berisi air di laboratorium Universitas Santiago, alga yang coba diubah oleh para ilmuwan di ibu kota Chili menjadi sumber daya yang efisien.
Bidang mereka adalah biofotovoltaik, yang menggunakan organisme fotosintetik seperti rumput laut untuk mengubah cahaya menjadi energi listrik. Para ilmuwan menyebarkan rumput laut ke elektroda pada panel biofotovoltaik, mirip dengan panel surya.
"Ganggang menggunakan cahaya untuk mengoksidasi air, dan dalam prosesnya mereka melepaskan elektron," kata pemimpin proyek Federico Tasca, seraya menambahkan bahwa elektron tersebut kemudian dapat diambil dalam sirkuit listrik, dengan oksigen yang dilepaskan dalam proses tersebut sebagai manfaat tambahan.
Proyek serupa sebelumnya telah menggunakan mikroalga, yang merupakan organisme bersel tunggal, sedangkan rumput laut adalah makroalga, atau organisme multiseluler, kata Tasca.
"Makroalga lebih kuat, lebih mudah dikerjakan, lebih mudah dipanen," kata Tasca, seraya mengakui bahwa prosesnya masih jauh dari kata hemat energi.
"Itulah inti dari penyelidikan ini, yaitu tentang peningkatan efisiensi produksi listrik," katanya.
Rumput laut dapat digunakan dalam beberapa kasus ketika alternatif tidak tersedia. "Ini adalah sistem yang baik untuk menyalurkan energi ke bola lampu, untuk menyalakan beberapa LED," katanya.
Alga masih kurang diteliti, kata Alejandra Moenne, yang mengepalai departemen biologi laut di Universitas Santiago.
Mantan maestro mode asal Kanada Peter Nygard telah dijatuhi hukuman 11 tahun penjara setelah dinyatakan bersalah atas empat tuduhan penyerangan seksual dalam serangan terhadap wanita di gedung kantornya di Toronto.
"Saya selalu mengatakan bahwa alga seperti peti harta karun yang terkubur di laut. Mereka penuh dengan gen dan molekul yang masih belum cukup kita ketahui, yang bahkan dapat digunakan untuk tujuan pengobatan suatu hari nanti," kata Moenne.