• News

Ratusan Ribu Warga Kuba Kekurangan Air Bersih, Pejabat Salahkan Infrastruktur Rusak

Yati Maulana | Selasa, 17/09/2024 02:02 WIB
Ratusan Ribu Warga Kuba Kekurangan Air Bersih, Pejabat Salahkan Infrastruktur Rusak Seorang wanita duduk di luar rumahnya setelah air diantarkan selama kekurangan air, di Havana, Kuba 11 September 2024. REUTERS

HAVANA - Kekurangan air di Kuba semakin memperburuk keadaan, termasuk di ibu kota Havana, karena masalah meningkat bagi ratusan ribu penduduk yang sudah kekurangan makanan, bahan bakar, dan listrik.

Lebih dari 600.000 orang - lebih dari 1 dari 20 orang di pulau Karibia yang berpenduduk 10 juta jiwa - menderita masalah pasokan air, kata pejabat awal bulan ini. Havana adalah yang paling parah terkena dampak kekurangan air, meskipun sebagian besar kota-kota terbesar di negara itu melaporkan lebih dari 30.000 pelanggan tanpa air, kata pemerintah.

Para pejabat menyalahkan masalah yang berkembang pada infrastruktur yang runtuh dan kekurangan bahan bakar yang terus-menerus, gejala krisis ekonomi yang memburuk yang telah merusak pertumbuhan dan membuat negara yang diperintah Komunis itu hampir bangkrut.

Rachel Trimiño, 32, mengatakan akar penyebabnya bukanlah misteri, bahkan di lingkungannya di Havana, Vedado, distrik yang relatif mewah di ibu kota.

"Semua jalan penuh dengan pipa yang bocor, air bersih yang mengalir ... tetapi tidak ada apa-apa di rumah kami," katanya.

Masalah ini tidak dapat diperbaiki dengan cepat.
Suku cadang untuk infrastruktur air yang sudah ketinggalan zaman, seperti pipa dan pompa, jumlahnya terbatas, kata pejabat. Dan tanpa bahan bakar dan transportasi yang memadai, bahkan pasokan air darurat dengan truk tangki air pun terbatas, menurut warga.
Pemadaman listrik yang sering terjadi hanya memperburuk keadaan.

"Ketika listrik padam, kami tidak dapat menyediakan air," kata warga San Miguel de Padron Pedro Martino, yang bekerja dengan kelompok gereja yang menawarkan air dalam jumlah kecil kepada warga untuk mengatasi kekurangan air. "Satu hal bergantung pada yang lain, dan itulah permainan yang kami mainkan."

Protes yang terisolasi telah meletus di beberapa daerah, karena penduduk yang kewalahan oleh daftar masalah dan kekurangan yang terus bertambah kehilangan kesabaran di tengah teriknya musim panas tropis.

Perekonomian Kuba telah hancur oleh kombinasi berbagai faktor, termasuk pandemi COVID-19, sanksi AS yang semakin ketat, dan model bisnis yang didominasi negara yang diganggu oleh birokrasi, salah urus, dan korupsi.

Krisis sosial dan ekonomi secara luas dipandang sebagai salah satu yang terburuk sejak revolusi Fidel Castro tahun 1959, yang menyebabkan eksodus migran Kuba yang memecahkan rekor dalam dua tahun terakhir.