JAKARTA - Jumlah badak di seluruh dunia sedikit meningkat pada tahun 2023, tetapi demikian pula jumlah hewan yang dibunuh oleh pemburu liar, menurut sebuah laporan baru.
Berkat upaya pelestarian, populasi badak putih meningkat sebanyak 1.522 menjadi 17.464 pada tahun 2023, menurut laporan tahunan International Rhino Foundation saat memperingati Hari Badak Sedunia pada hari Minggu (22/9/2024).
Namun, jumlah badak hitam dan badak bercula satu besar tetap sama, tambahnya.
Hal ini membuat populasi badak global dari lima subspesies menjadi sekitar 28.000, yang sebelumnya berjumlah 500.000 pada awal abad ke-20.
Di Afrika, seekor badak dibunuh setiap 15 jam tahun lalu karena permintaan terhadap cula hewan tersebut tetap tinggi, menurut laporan State of the Rhino.
Sebanyak 586 badak dibunuh di seluruh benua, sebagian besar di antaranya di Afrika Selatan, yang memiliki populasi badak tertinggi dengan perkiraan 16.056. Jumlah badak yang dibunuh meningkat sedikit dari 551 pada tahun 2022, menurut Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam.
Meski begitu, populasi badak putih di Afrika Selatan terus meningkat meskipun adanya perburuan liar berkat upaya pelestarian, kata laporan itu.
Meskipun berkembang pesat di beberapa wilayah, populasi badak hitam secara keseluruhan sedikit menurun selama setahun terakhir akibat perburuan liar yang besar-besaran di Namibia dan Afrika Selatan.
Sejak Juli 2023, pihak berwenang Indonesia telah menyelidiki dan mengadili kelompok pemburu badak Jawa, yang mengaku telah membunuh 26 hewan di Taman Nasional Ujung Kulon dari tahun 2019 hingga 2023.
Di India, populasi badak Asia bercula satu telah meningkat dari 1.500 empat dekade lalu menjadi lebih dari 4.000 berkat upaya konservasi dan antiperburuan liar, menurut data pemerintah yang disertakan dalam laporan tersebut.
Badak menghadapi berbagai ancaman lingkungan seperti hilangnya habitat akibat pembangunan dan perubahan iklim, tetapi perburuan liar, berdasarkan kepercayaan bahwa cula mereka memiliki manfaat obat, tetap menjadi ancaman utama.
Philip Muruthi, wakil presiden konservasi spesies di Africa Wildlife Foundation, mengatakan perlindungan telah memainkan peran besar dalam meningkatkan populasi badak.
Di Kenya, jumlah badak meningkat dari 380 pada tahun 1986 menjadi 1.000 tahun lalu, katanya.
“Mengapa itu terjadi? Karena badak-badak tersebut dibawa ke tempat perlindungan dan dilindungi.”
Muruthi menganjurkan kampanye yang akan mengakhiri permintaan terhadap cula badak serta adopsi teknologi baru dalam pelacakan dan pemantauan badak demi perlindungan mereka sekaligus mendidik masyarakat tempat mereka tinggal tentang manfaat badak bagi ekosistem dan ekonomi.
Dikenal sebagai megaherbivora yang merusak taman dan menciptakan jalan masuk bagi herbivora lain, badak juga pandai membangun hutan dengan memakan benih dan menyebarkannya ke seluruh taman melalui kotorannya. (*)