CHENGDU - Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) mendampingi dua belas orang kepala desa (Kades) peserta Benchmarking untuk mempelajari sistem irigasi kuno Dujiangyan, Chengdu, China, pada Selasa (24/9/2024).
Sistem irigasi Dujiangyan merupakan salah satu yang tertua di China, yakni telah beroperasi selama 2.280 tahun hingga saat ini.
Secara sederhana, sistem irigasi Dujiangyan membagi aliran sungai besar ke aliran-aliran sungai buatan untuk mengaliri kebutuhan desa yang jauh dari tepi sungai.
Ketinggian sungai buatan itu pun dibuat variasi sehingga tidak semuanya tidak dialiri oleh air, tergantung kebutuhan masyarakat.
Selain mengalirkan air untuk kebutuhan pertanian, sungai buatan itu juga dapat difungsikan untuk mengendalikan banjir pada musim hujan maupun menampung air ketika musim kering atau musim dingin.
Kades Krasak, Megelang, Jawa Tengah, Ari Setiawan mengaku kagum dengan sistem irigasi yang sudah berusia ribuan tahun itu.
Ari menilai, sistem irigasi itu menandakan karakteristik bangsa China yang melestarikan warisan dari para leluhur mereka.
"Kami sangat mengagumi berkaitan dengan teknologi sebelum masehi, teknologi di China ini sudah sangat maju," kata Ari.
Direktur Jenderal Pembangunan Daerah Tertinggal Kemendes PDTT Nugroho Setujo Nagoro juga punya pandangan serupa tentang sistem irigasi kuno Dujiangyan.
Nugroho berharap, para Kades bisa menjadikan sejarah sistem irigasi tersebut sebagai suatu hal yang harus dipelajari.
"Ini tentu yang menjadi pikiran kami bagaimana mengelolanya sehingga sekian lama itu bisa terjaga, terawat, kemudian terbagi untuk berbagai kebutuhan," kata dia.
Rombongan Kades didampingi Kemendes PDTT juga mengunjungi Pangkalan Penelitian Pengembangbiakan Panda Raksasa Chengdu yang menjadu tempat tinggal bagi 240 ekor panda pada Selasa (24/9/2024) pagi.
Selama kurang lebih 2 jam, para kepala desa diajak berkeliling untuk melihat panda sekaligus mempelajari kehidupan hewan tersebut.