• News

Kemendikbudristek: Angka Buta Aksara Penduduk Indonesia Terus Menurun

Agus Mughni Muttaqin | Sabtu, 28/09/2024 15:40 WIB
Kemendikbudristek: Angka Buta Aksara Penduduk Indonesia Terus Menurun Kementerian Pendidikan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menggelar peringatan Hari Aksara Internasional tingkat nasional di Jakarta (Foto: Kemendikbudristek)

JAKARTA - Berbagai upaya Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dalam menurunkan buta aksara dan pemberantasan buta huruf sudah membawa hasil yang mengembirakan.

Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2023 menunjukkan, angka buta aksara penduduk Indonesia usia 15-59 tahun, menurun cukup signifikan dibanding tahun 2022.

Hal tersebut disampaikan Direktur Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus (PMPK) Kemendikbudristek, Baharudin, dalam perayaan Hari Aksara Internasional tahun 2024 di Jakarta, Jumat (27/9). 

 “Angka buta aksara 2022 adalah 1,51% (2.850.851 orang), sedangkan angka buta aksara tahun 2023 adalah 1,08% (1.958.659 orang). Hal ini menunjukkan bahwa sinergi, kerja sama, dan kolaborasi antarpihak terkait, termasuk kepedulian pemerintah daerah dalam memberantas buta aksara cukup berhasil,” terangnya.

Baharuddin menjelaskan, adapun berbagai upaya termasuk beberapa program yang telah dijalankan untuk menurunkan buta aksara tesebut, antara lain ialah pengembangan kurikulum dan modul pembelajaran pendidikan keaksaraan (dasar dan lanjutan).

Kemudian, verifikasi sasaran dan pendampingan pelaksanaan program pemberian Bantuan Pemerintah BOP Keaksaraan, serta koordinasi dan kolaborasi dengan pemerintah daerah dalam percepatan penuntasan buta aksara pada daerah kantong buta aksara.

“Kami juga selalu membantu proses penurunan buta aksara ini melalui pengolahan data melalui Badan Pusat Statistik (BPS) dan Pusat Data dan Teknologi Informasi (Pusdatin),” kata Baharudin.

Selain itu, Baharudin juga menguraikan berbagai upaya lain yang telah dilakukan dalam payung Merdeka Belajar, di antaranya pemanfaatan Platform Merdeka Mengajar (PMM) melalui Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM), pendistribusian dan pemanfaatan buku bacaan bermutu.

Lalu, program pemulihan pembelajaran, pemenuhan sarana pembelajaran literasi untuk anak berkebutuhan khusus, serta peningkatan sarana dan kegiatan literasi pada  Taman Bacaan Masyarakat di SKB, PKBM, dan lembaga TBM mandiri.

Baharudin menyoroti bagaimana hasil penurunan angka buta aksara di Indonesia tersebut merupakan hasil usaha dari semua pihak yang selalu mendukung mendukung kebijakan program-program pendidikan masyarakat dan pendidikan khusus.

Untuk itu, dalam rangka Hari Aksara Internasional 2024 tersebut, ia berharap, kolaborasi dan gotong royong ekosistem pendidikan dalam peningkatan buta aksara dan melek huruf di tengah masyarakat akan terjalin semakin kuat.

“Semoga ikhtiar kita untuk terus memajukan dan meningkatkan literasi di tengah masyarakat akan semakin dimudahkan,” ujarnya.

Sementara Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (Dirjen PAUD Dikdasmen) Kemendikbudristek, Iwan Syahril, menyampaikan bahwa kemajuan keberaksaraan atau literasi dan numerasi menjadi salah satu indikator dari kemajuan pembangunan masyarakat.

Ia menegaskan, masyarakat melek aksara akan melahirkan bangsa yang lebih unggul, tangguh, dan mandiri. “Oleh karena itu, meningkatkan literasi masyarakat juga merupakan jalan untuk meningkatkan kesejahteraan,” ujar Iwan.

Peringatan Hari Aksara Internasional ini menjadi momentum penting bagi seluruh pihak untuk melakukan refleksi, mengingat langkah yang sudah dilakukan dalam menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang literasi, sekaligus untuk memperkuat komitmen ke depan menyemai biji-biji kebajikan melalui transformasi pendidikan.

“Pekerjaan rumah kita dalam peningkatan literasi dan numerasi ini masih banyak. Dibutuhkan komitmen dan gotong royong bersama, agar tujuan kita untuk mencerdaskan dan mensejahterakan kehidupan bangsa tercapai,” kata Iwan.