• Bisnis

Indonesia Ingin Jadi Negara Maju Tanpa Food Waste

Eko Budhiarto | Senin, 30/09/2024 07:50 WIB
Indonesia Ingin Jadi Negara Maju Tanpa Food Waste Deputi Kerawanan Pangan dan Gizi NFA Nyoto Suwignyo dalam peringatan Hari Kesadaran Internasional Tentang Susut dan Sisa Pangan di Surakarta, Jawa Tengah, Minggu (29/9/2024).

SURAKARTA – Indonesia ingin menjadi negara maju, yang bebas dari food waste. Terkait hal ini, Badan Pangan Nasional atau National Food Agency (NFA) terus berupaya meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menekan laju Susut dan Sisa Pangan (SSP) di Tanah Air.

Pemerintah menargetkan pengelolaan SSP sebesar 50 persen pada 2030 dan 75 persen pada 2045. Total SSP dapat ditekan hingga sekitar 60 ribu ton pada 2045, dan total susut pangan diproyeksikan turun hingga sekitar 20 ribu ton, sedangkan total sisa pangan menurun pula di kisaran 40 ribu ton. 

Deputi Kerawanan Pangan dan Gizi NFA Nyoto Suwignyo menyampaikan hal itu dalam peringatan `Hari Kesadaran Internasional Tentang Susut dan Sisa Pangan` yang dihelat NFA bersama masyarakat di Surakarta, Jawa Tengah, Minggu (29/9/2024).

"Kita harus membangun negara yang maju tanpa food waste, karena sekarang yang terjadi, negara maju tapi food waste-nya besar. Kita dalam menyiapkan Indonesia sebuah negara maju, perlu berbeda. Itu yang sekarang sudah dimulai. Untuk itu, hari ini kita bersama-sama memperingati Internasional Day of Awareness of Food Loss and Waste (IDAFLW) 2024. Ini peringatan yang selalu kita lakukan setiap tahunnya. Harapannya setiap tahun ada progres yang berarti," urai Nyoto.

"Di peringatan tahun 2022 kita mengangkat tentang bagaimana membangun kebersamaan dengan seluruh stakeholder dan NFA sebagai kolaborator utama. Tahun selanjutnya di 2023 bagaimana kita membangun aksi bersama dan menyiapkan peta jalan pengelolaan SSP. Di tahun ini, kita bersama-sama memastikan gerakan stop boros pangan dan selamatkan pangan akan lebih membumi. Kita akan masifkan dengan membangun regulasi dan meningkatkan seluruh aktivitas tersebar seluruh Indonesia, serta mempromosikan Indonesia di tingkat Global," lanjutnya.

Untuk diketahui, sejak akhir 2022, NFA telah melaksanakan ‘Gerakan Selamatkan Pangan’ (GSP) melalui pemanfaatan mobil logistik pangan yang mengusung spirit ‘Stop Boros Pangan’ dan dilaksanakan dalam bentuk penyaluran donasi pangan. Piloting GSP sudah diterapkan dalam lingkup Jabodetabek dan merupakan hasil kerja sama NFA bersama berbagai organisasi pegiat penyelamatan pangan. 

Hasilnya selama hampir setahun pertama implementasinya, tepatnya pada peringatan IDAFLW di September 2023 telah berhasil menyelamatkan pangan sebanyak 52.785,68 kg. Selanjutnya hingga September tahun ini terus meningkat dengan raihan peningkatan sebesar 36,34 persen atau menjadi total akumulatif di 71.968 kg. Seterusnya NFA bersama pemangku kepentingan yang terkait akan terus memacu guna memasifkan GSP ini. 

Guna memperkuat penanganan SSP, NFA mendorong adanya regulasi yang dapat menjadi dasar tata kelola SSP yang berlaku di Indonesia.

"Setelah ada peta jalan, harus ada regulasi yang mendasari. Oleh karena itu, Badan Pangan Nasional mempersiapkan draft rancangan peraturan presiden. Muatannya adalah bagaimana menyiapkan tata kelola yang baik terkait food loss and waste. Ini akan menjadi pedoman bagi pemerintah pusat dan daerah serta masyarakat. Ini akan efektif diterapkan nantinya, kami sangat optimis," kata Nyoto.

Regulasi yang dapat menyentuh sampai masyarakat dinilainya cukup urgen karena sektor rumah tangga berkontribusi besar dalam SSP. Menurut laporan ‘Food Waste Index 2024’ yang disusun ‘United Nations Environment Programme’ menyebutkan di tahun 2022, food waste secara global diperkirakan terjadi sampai 1,05 miliar ton makanan. Ini tersebar di sektor ritel, jasa makanan, sampai rumah tangga. Jumlah itu setara dengan rerata 132 kilogram per kapita per tahun, yang sebagian besarnya atau 59,85 persen bersumber dari sektor rumah tangga dengan rerata 79 kilogram per kapita per tahun.

"Ini memang terkait moralitas, moralitas pangan. Ini merupakan konsep bagaimana masyarakat menghargai pangan dan kemudian memaknainya dan memanfaatkan pangan dengan sebaik-baiknya secara bijak. Ini tentu akan ada efisiensi. Kalau efisiensi terkait tentunya pemborosan pangan akan berkurang dan mempengaruhi total konsumsi. Dengan itu memposisikan kemandirian dan kedaulatan pangan terus terjaga di Indonesia," papar Nyoto.

 

Keywords :


NFA Nyoto Suwignyo
.
SSP