MOSKOW - Seorang karyawan di PLTN yang dikendalikan Rusia Pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia di Ukraina selatan tewas pada Jumat pagi dalam serangan bom mobil yang menurut intelijen militer Ukraina telah menghukum seorang "penjahat perang".
Komite Investigasi Rusia, yang menyelidiki kejahatan serius, mengatakan karyawan tersebut, Andrei Korotkiy, tewas setelah sebuah bom yang ditanam di bawah mobilnya meledak di dekat rumahnya di kota Enerhodar, tempat pembangkit listrik tersebut berada.
Korotkiy bekerja di departemen keamanan pembangkit listrik tersebut, kata Komite tersebut. Kasus pidana telah dibuka atas kematiannya.
Intelijen militer Ukraina menerbitkan sebuah video mobilnya yang meledak dan dalam sebuah pernyataan menyebut Korotkiy sebagai "penjahat perang" dan kolaborator. Intelijen juga menuduhnya menindas warga Ukraina dan menyerahkan daftar karyawan pembangkit listrik tersebut kepada Rusia dan kemudian menunjuk orang-orang dengan pandangan pro-Ukraina.
"Direktorat Intelijen Utama Kementerian Pertahanan Ukraina mengingatkan orang-orang bahwa setiap penjahat perang akan dihukum dengan adil," kata badan Ukraina tersebut di saluran Telegram resminya.
Pihak berwenang di pabrik tersebut mengecam pihak berwenang Ukraina karena mendalangi pembunuhan tersebut.
"Ini tindakan yang mengerikan dan tidak manusiawi," kata direktur pabrik Yuri Chernichuk, yang bersumpah akan menghukum para penyerang.
"Serangan terhadap karyawan yang memastikan keselamatan fasilitas nuklir adalah langkah yang gegabah dan keterlaluan," tambahnya.
Pasukan Rusia menyita pabrik Zaporizhzhia, pabrik terbesar di Eropa dengan enam reaktor, segera setelah mereka memasuki Ukraina pada Februari 2022 dalam apa yang disebut Moskow sebagai "operasi militer khusus." Pabrik tersebut saat ini tidak beroperasi.
Kedua belah pihak secara teratur saling menuduh melakukan serangan terhadap pabrik tersebut, yang dibantah oleh keduanya.
Pengawas nuklir PBB, Badan Energi Atom Internasional, telah menempatkan pemantau secara permanen di pabrik tersebut. Badan tersebut telah mendesak kedua belah pihak untuk menahan diri dari semua serangan terhadapnya.