JAKARTA - Militer Amerika Serikat telah menyerang sejumlah kota di Yaman, termasuk ibu kota, Sanaa, dan kota pelabuhan utama Hodeidah.
Pasukan dari Komando Pusat AS (CENTCOM), komando militer yang bertanggung jawab atas pasukan AS di Timur Tengah, "melakukan serangan terhadap 15 target Houthi di wilayah Yaman yang dikuasai Houthi yang didukung Iran hari ini", katanya pada X pada hari Jumat (4/10/2024).
Empat serangan menargetkan Sanaa dan tujuh serangan menghantam Hodeidah, menurut jaringan TV Al Masirah yang dikelola Houthi.
Koresponden kantor berita AFP juga melaporkan mendengar ledakan keras di kedua kota tersebut.
Serangan udara Hodeidah menghantam bandara dan wilayah Katheib, yang memiliki pangkalan militer yang dikuasai Houthi, kata Al Masirah.
Rekaman di media sosial yang diverifikasi oleh lembaga pemeriksa fakta Al Jazeera menunjukkan gumpalan asap tebal akibat serangan udara di Hodeidah.
Setidaknya satu serangan menghantam provinsi Dhamar, dan serangan udara terjadi di provinsi Bayda, tenggara Sanaa, kantor media Houthi juga mengatakan.
“Tindakan ini diambil untuk melindungi kebebasan navigasi dan membuat perairan internasional lebih aman dan terlindungi bagi kapal-kapal AS, koalisi, dan niaga,” kata CENTCOM dalam postingannya di X, seraya menambahkan bahwa serangan itu terjadi sekitar pukul 1400GMT.
Kantor berita Associated Press, mengutip pejabat AS yang tidak disebutkan namanya, mengatakan serangan itu menargetkan sistem persenjataan, pangkalan dan peralatan lain milik Houthi.
Al Masirah, yang tidak merinci kerusakan atau korban jiwa, mengatakan Inggris juga ikut serta dalam serangan itu.
Namun Kementerian Pertahanan Inggris dengan tegas membantah terlibat dalam serangan itu, menurut seorang pejabat yang berbicara kepada kantor Al Jazeera di London.
Washington telah berulang kali menyerang sasaran Houthi di Yaman sejak Januari sebagai tanggapan atas serangan kelompok tersebut terhadap pelayaran di Laut Merah dan Teluk Aden.
Houthi mengatakan serangan mereka, yang telah mengganggu lalu lintas laut di jalur air penting secara global, menargetkan kapal-kapal yang terkait dengan Israel dan dimaksudkan untuk menandakan solidaritas dengan Palestina dan penentangan terhadap perang Israel di Gaza.
Kini, ketika konflik antara Israel dan Hizbullah, kelompok lain yang didukung Iran, meningkat dengan serangan Israel yang menewaskan sekitar 2.000 orang di Lebanon, kelompok Houthi juga menuntut Israel menghentikan serangannya di sana.
`Yaman tidak akan gentar`
Israel juga menyerang Yaman dengan serangan Israel di Hodeidah bulan lalu yang menewaskan sedikitnya lima orang setelah kelompok itu mengatakan pihaknya menargetkan Bandara Ben Gurion Israel dengan sebuah rudal.
Serangan terbaru itu terjadi sehari setelah Houthi mengatakan mereka melancarkan serangan pesawat nirawak di Tel Aviv.
Militer Israel mengatakan mereka mencegat "target udara mencurigakan" di lepas pantai Israel tengah pada malam hari tanpa memberikan keterangan lebih lanjut.
Serangan itu juga terjadi beberapa hari setelah Houthi mengancam akan "meningkatkan operasi militer" yang menargetkan Israel setelah mereka menembak jatuh pesawat nirawak militer AS yang terbang di atas Yaman. Dan minggu lalu, kelompok itu mengaku bertanggung jawab atas serangan yang menargetkan kapal perang Amerika.
Pemberontak menembakkan lebih dari setengah lusin rudal balistik dan rudal jelajah antikapal serta meluncurkan dua pesawat tak berawak ke tiga kapal AS yang tengah melintasi selat Bab al-Mandeb, tetapi semuanya dicegat oleh kapal perusak angkatan laut, menurut beberapa pejabat AS.
Para pejabat tersebut berbicara dengan syarat anonim untuk membahas rincian yang belum dirilis ke publik.
Pada hari Jumat, ribuan orang turun ke jalan di Sanaa untuk menyatakan solidaritas dengan warga Palestina dan Lebanon di tengah meningkatnya serangan oleh Israel.
“Agresi terhadap ibu kota dan provinsi-provinsi Yaman setelah … pawai solidaritas dengan Lebanon dan Gaza merupakan upaya putus asa untuk meneror rakyat kami,” kata pejabat Houthi Hashem Sharaf al-Din kepada Al Masirah.
“Yaman tidak akan gentar menghadapi serangan-serangan ini dan akan terus teguh dalam menghadapi musuh dengan seluruh kekuatannya.” (*)