JAKARTA - Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) Kemendikbudristek melalui Majelis Sastra Asia Tenggara (Mastera) turut berpartisipasi dalam rangkaian kegiatan Mastera 2024 yang diselenggarakan oleh Mastera Brunei Darussalam.
Salah satu momen puncak dari acara ini adalah pemberian Anugerah Sastrawan ke-7 Mastera, di mana sastrawan senior dari Indonesia Taufiq Gaffar Ismail, lebih dikenal sebagai Taufiq Ismail, menjadi salah satu penerima penghargaan bergengsi ini.
Anugerah Sastrawan Mastera, yang diperoleh oleh tokoh sastra dari negara-negara anggota Mastera — Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura — merupakan pengakuan atas dedikasi dan kontribusi luar biasa dalam bidang sastra. Pemberian anugerah ini disetujui oleh Kebawah Duli Yang Maha Mulia Sultan Brunei Darussalam, menegaskan tingkat prestise yang melekat pada penghargaan ini.
Sejak pertama kali diberikan pada tahun 2003 kepada Ajip Rosidi, Anugerah Sastrawan telah mencatatkan banyak nama besar dalam dunia sastra. Penerima sebelumnya mencakup tokoh-tokoh terkenal seperti Sutardji Calzoum Bachri dan Sapardi Djoko Damono. Kini, Taufiq Ismail menambah daftar prestisius ini, mengukuhkan posisinya dalam sejarah sastra Indonesia.
Pengiran Haji Mohd. Hasnan bin Pengiran Haji Ali Hassan, Setiausaha Tetap Kementerian Kebudayaan, Belia dan Sukan Brunei, dalam sambutannya mengungkapkan rasa syukur atas terselenggaranya program ini.
“Hadiah dianugerahkan oleh Kerajaan Kebawah Duli Yang Maha Mulia Paduka Seri Baginda Sultan dan Yang Di-Pertuan Negara Brunei Darussalam serta para penaja. Penglibatan para penaja (sponsor) ini dihasrat dapat membuka langkah dan sikap pemedulian serta keprihatinan dalam sama-sama memajukan bidang kesusasteraan tanah air di peringkat nasional, serantau (regional) dan antarabangsa,” ujarnya dalam bahasa Melayu, sebagaimana dikutip dari siaran pers Kemendikbudristek di Jakarta, pada Minggu (6/10).
Hingga saat ini, 20 tokoh sastrawan dari negara anggota Mastera telah menerima pengakuan ini. Proses pemilihan penerima anugerah didasarkan pada enam kriteria yang mengukur pencapaian dan kontribusi mereka terhadap dunia sastra.
Sementara Taufiq Ismail dalam sambutan yang disampaikan oleh Wakil Ketua Mastera Indonesia, Hafidz Muksin, menyampaikan rasa syukur dan haru atas penghargaan ini.
“Saya merasa bersyukur telah hampir menghabiskan seluruh usia untuk puisi dan bahasa. Lewat puisi dan bahasa, saya bersama sahabat-sahabat seangkatan yang kini sudah paripurna menunaikan kewajiban-kewajiban seorang insan, senantiasa berjuang untuk kebebasan dan keadilan. Puisi adalah hati nurani. Puisi adalah cinta semesta yang menyala di dada,” ujarnya.
Dia juga memberikan apresiasi kepada Dewan Bahasa dan Pustaka Brunei Darussalam atas penyelenggaraan Anugerah Sastrawan ke-7.
“Tahun ini, saya merasa terharu dan bangga atas anugerah Mastera yang diberikan kepada saya. Semoga ini menjadi inspirasi bagi para sastrawan di generasi berikutnya. Melalui agenda Mastera yang berlangsung rutin, saya optimis aktivitas kesusastraan di Asia Tenggara, khususnya di Indonesia akan semakin semarak dan terus melahirkan penulis dengan karya-karyanya yang menggugah,” ujar Taufiq Ismail.
Dengan kegiatan Mastera yang rutin dilaksanakan, semangat kesusastraan di kawasan Asia Tenggara diharapkan semakin hidup, melahirkan penulis-penulis baru yang mampu menggugah hati melalui karya-karya mereka.