WASHINGTON - masyarakat Amerika mengungkapkan kesedihan dan frustrasi mereka melihat aksi kekerasan Israel di Jalur Gaza yang telah mencapai satu tahun, 7 Oktober 2023-7 Oktober 2024.
Mereka menyerukan tindakan segera untuk mengakhiri penderitaan warga di wilayah kantong Palestina yang terkepung tersebut.
Mereka menyebut pembunuhan puluhan ribu warga Palestina di Gaza sebagai "genosida besar-besaran."
"Saya pikir perlu ada perubahan dalam bagaimana AS ikut campur dalam semua yang terjadi di Gaza," kata Emaraa Milhomme (21) kepada Anadolu yang dikutip Antaranews.
“Banyak orang yang kehilangan nyawa, banyak anak-anak, wanita, pria, dan saya pikir ini harus segera diakhiri, karena sudah berlangsung sangat lama," kata Milhomme.
Bagi Milhomme, memberi tekanan kepada para politisi sangatlah "penting" untuk mencapai "gencatan senjata, atau semacam kesepakatan agar genosida ini tidak terjadi."
Greg Schneider (42), mengatakan bahwa apa yang terjadi pada 7 Oktober dan apa yang sedang berlangsung saat ini sangat "menyedihkan."
Schneider berharap pemerintahan Joe Biden dapat "berbuat lebih banyak" untuk mencapai kesepakatan di Gaza, meskipun ia menyadari bahwa masalah ini sangat "rumit" dan tidak akan mudah diselesaikan.
Ketika ditanya tentang pasokan senjata AS yang masih berlanjut ke Israel, ia mengatakan: "Saya tidak menyukainya, dan saya berharap hal itu berubah."
“Hati saya hancur untuk warga Gaza,” katanya.
Seorang warga Amerika lainnya juga menyatakan keprihatinan atas penjualan senjata AS kepada Israel.
"Sebagai pembayar pajak, saya sangat kecewa dengan apa yang terjadi. Sebagian dari uang kita digunakan untuk menyebabkan korban jiwa dalam perang ini … mereka memasok senjata, bukan energi positif," kata Mit Dossa (55).
Dia menambahkan bahwa pemerintahan Biden "tidak cukup berusaha" untuk mendorong terjadinya gencatan senjata.
Jasia Smith, 24 tahun, mengatakan bahwa apa yang telah terjadi di Gaza selama setahun terakhir adalah "mengerikan."
"Saya pikir nyawa yang tak bersalah tidak boleh diambil, terutama dalam jumlah yang begitu banyak. Banyak sekali anak-anak yang tidak bersalah telah menjadi korban dan seharusnya tidak dibunuh. Jadi, ini sangat mengerikan," katanya.
Ia mengkritik AS dan negara-negara Barat karena "tidak berbuat cukup" untuk membantu warga sipil, Smith berkata: "Sebagai salah satu kekuatan dunia, saya pikir adalah kewajiban kita untuk memastikan bahwa tidak ada nyawa yang tak bersalah diambil."
Grace Klonoski (63), mengatakan hatinya hancur untuk warga yang telah menderita sejak 7 Oktober.
"Saya hanya berpikir bahwa di zaman sekarang ini, sungguh mengerikan bahwa masih ada penderitaan seperti ini di dunia, dan hal ini benar-benar menghancurkan hati saya," katanya.
Mengungkapkan keterkejutannya bahwa masih belum ada gencatan senjata, Klonoski berkata: "Ini tidak bisa diterima."
Linda Gerald (52), mengatakan bahwa situasi ini adalah sebuah "tragedi."
"Saya pikir peristiwa ini adalah sesuatu yang sangat menghancurkan," ujarnya.
Meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera, Israel tetap melanjutkan serangan brutal di Jalur Gaza setelah serangan oleh kelompok Palestina, Hamas, pada 7 Oktober lalu.
Selama setahun sejak itu, hampir 42.000 orang tewas, kebanyakan adalah wanita dan anak-anak, dan lebih dari 97.300 lainnya terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.
Serangan Israel ini telah membuat hampir seluruh penduduk wilayah tersebut mengungsi, memperparah kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan akibat blokade yang terus berlanjut.
Israel juga menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional atas tindakannya di Gaza.
Meskipun organisasi internasional, termasuk PBB, serta negara-negara di kawasan tersebut mendesak gencatan senjata di Gaza, konflik ini telah memicu ketegangan regional yang meningkat di seluruh Timur Tengah, dengan eskalasi terbaru terjadi ketika Israel menyerang Lebanon.
Sumber: Antaranews-Anadolu