• News

Pejabat Sebut Israel Halangi Pencarian Pemimpin Safieddine dari Hizbullah

Yati Maulana | Rabu, 09/10/2024 14:05 WIB
Pejabat Sebut Israel Halangi Pencarian Pemimpin Safieddine dari Hizbullah Pejabat senior Hizbullah Hashem Safieddine berbicara selama pemakaman Mohammed Nasser, di pinggiran selatan Beirut, Lebanon 4 Juli 2024. REUTERS

BEIRUT - Israel menghalangi upaya pencarian dan penyelamatan di daerah tempat pemimpin senior Hizbullah Hashem Safieddine diduga berada ketika Israel mengebom pinggiran selatan Beirut pada hari Kamis, kata seorang pejabat Hizbullah.

Safieddine dipandang sebagai calon pengganti mantan pemimpin Sayyed Hassan Nasrallah yang tewas dalam serangan Israel di pinggiran selatan Beirut, yang dikenal sebagai Dahiye, pada 27 September.
Nasibnya masih belum jelas.

Pejabat politik senior Hizbullah, Mahmolud Qmati, juga mengatakan bahwa ia tidak memiliki informasi tentang laporan bahwa pemimpin Pasukan Quds Iran, Esmail Qaani, tidak terdengar kabarnya sejak serangan di Beirut akhir minggu lalu.

Israel harus "membiarkan tim penyelamat melakukan tugas mereka," katanya kepada televisi pemerintah Irak.

Qmati mengatakan bahwa Hizbullah sekarang dipimpin bersama hingga dapat memilih pemimpin baru, yang akan memakan waktu.

"Yang penting adalah komando gabungan sudah ada," katanya.

"Metode pemilihan pengganti sekretaris jenderal membutuhkan waktu dan keadaan yang sesuai, dan karena alasan itu, kita cukupkan hari ini dengan komando gabungan sementara," katanya.

Qmati mengatakan jenazah Nasrallah masih berada di Lebanon dan ia akan dimakamkan di pinggiran selatan Beirut, tempat Hizbullah memegang pengaruh besar, jika kondisi memungkinkan.

Israel telah menewaskan sebagian besar komando militer dan pimpinan senior Hizbullah dalam pertempuran hampir setahun yang dimulai ketika Hizbullah membuka front solidaritas dengan Palestina sehari setelah serangan Hamas pada 7 Oktober di Israel.

Konflik telah meluas dengan cepat dalam beberapa minggu terakhir, dengan Israel mengabaikan dorongan gencatan senjata yang didukung AS, menewaskan Nasrallah dan melancarkan kampanye udara besar-besaran yang telah menghantam kota-kota dan desa-desa Lebanon dan menyebabkan 1,2 juta orang mengungsi, menurut angka-angka pemerintah Lebanon.