Pemprov Jakarta Surati Balai Besar Minta Bendungan Ciawi Dibuka

| Kamis, 24/10/2024 20:54 WIB
Pemprov Jakarta Surati Balai Besar Minta Bendungan Ciawi Dibuka Bendungan Ciawi, Bogor (foto:kompas.com)

JAKARTA - Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan bersurat kepada Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC) agar bisa membuka Bendungan Ciawi, Bogor, Jawa Barat guna meminimalkan banjir yang kerap terjadi setiap kali hujan deras.

“Nanti kami cek dulu, apakah surat permohonan cukup dari Dinas Sumber Daya Air (SDA) atau harus lewat pak Sekda (Sekretaris Daerah), karena proses anggarannya ada di BWSCC,” kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta Ika Agustin Ningrum dalam keterangan di Jakarta, Kamis.(24/10/2024).

Hal ini juga sekaligus menjawab  usulan dari anggota Komisi D DPRD DKI Jakarta Ida Mahmudah yang meminta agar Pemprov DKI membuat pintu air di Bendungan Ciawi.

Usulan tersebut, bertujuan agar Pemprov DKI Jakarta bisa mengatur aliran air sebelum sampai ke Sungai Ciliwung di Jakarta.

“Bersurat kepada Bendungan Ciawi agar dibuatkan pintu air,” ujar Ida.

Bendungan Ciawi diresmikan Presiden Joko Widodo pada Desember 2022. Bendungan ini memiliki kemampuan untuk menampung air dengan volume hingga 6 juta meter kubik dengan luas genangan bendungan sekitar 39,40 hektare. Pembangunan bendungan ini dimulai pada Desember 2016.

Ida meyakini dengan mengatur aliran dari Bendungan Ciawi dengan cara membuka atau menutup jalur air, maka bisa meminimalkan banjir di sejumlah wilayah Jakarta.

“Kami sudah pernah ke sana, tapi sayangnya tidak ada pintu air. Kalau ada, air bisa tertahan dahulu, tidak langsung turun ke Jakarta karena pintu airnya bisa kita atur buka tutupnya,”  ucap Ida.

Secara geografis, DKI Jakarta berada di dataran rendah dengan belasan aliran sungai sangat rawan terjadinya banjir. Dampak perubahan iklim seperti anomali curah hujan yang semakin tinggi juga menambah risiko banjir di Jakarta.

Di sisi lain, penggunaan air tanah untuk kebutuhan rumah tangga dan industri yang berlebihan menyebabkan penurunan muka tanah. Hal tersebut turut berkontribusi akan bencana banjir yang melanda wilayah Jakarta dan sekitarnya.