JAKARTA - Praktisi esport Stanley Tjia berharap Hari Sumpah Pemuda dapat menjadi momentum para atlet untuk meningkatkan semangat sportivitas.
Pria yang aktif dalam organisasi Pengurus Besar Esport Seluruh Indonesia (PB ESI) dan belum lama ini menjadi Technical Delegate (TD) cabang olahraga esport Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumatera Utara 2024 itu menekankan pentingnya pelatihan mental untuk membentuk sikap yang menjunjung tinggi fair play.
"Melatih mental para atlet agar terus maju menuju Indonesia Emas 2045, untuk menjunjung tinggi sportivitas, permainan, dan kolaborasi para atlet esport ini agar terus maju untuk event internasional berikutnya, baik SEA Games, Asian Games, maupun Olimpiade berikutnya," ujar Stanley di Jakarta, Jumat (25/10/2024).
Sikap "toxic" -- istilah untuk menggambarkan orang yang memberikan dampak buruk terhadap orang lain, terutama terhadap psikis -- yang sering kali muncul dalam skena esport, menurut Stanley, harus digantikan dengan semangat sportivitas.
"Melatih mental dengan cara fair play, sportivitas, tidak saling toxic, biasanya kalau anak esport itu saling toxic akhirnya memicu keributan, sedangkan Sumpah Pemuda ini untuk bersatu dan berjuang," kata Stanley.
Tantangannya yang paling besar untuk menciptakan lingkungan yang sportif dan jauh dari kata "toxic", menurut Stanley, adalah menciptakan kedisiplinan dalam tim.
Sebab, game esport biasanya dimainkan secara berkelompok, misalnya Mobile Legends dan DOTA, yang berpotensi tinggi menimbulkan gesekan antar pemain. Oleh karena itu, Stanley mengatakan para atlet juga perlu dilatih untuk saling terhubung.
"Biasanya ada ego-nya, jadi kita harus menghilangkan ego agar kerjasama timnya lebih baik," ujar Stanley.