• News

Ingin Gabung ke BRICS, Menlu: Wadah Tepat bagi Negara-negara Global South

Aliyudin Sofyan | Sabtu, 26/10/2024 05:07 WIB
Ingin Gabung ke BRICS, Menlu: Wadah Tepat bagi Negara-negara Global South Menteri Luar Negeri RI Sugiono. Foto: cnnindonesia

JAKARTA – Pemerintah Indonesia melalui Menteri Luar Negeri RI Sugiono telah secara resmi menyatakan keinginan untuk bergabung dengan blok ekonomi BRICS (Brazil, Russia, India, China, South Africa).

Hal tersebut disampaikan Sugiono dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS Plus di Kazan, Rusia, Kamis (24/10) waktu setempat.

“(Bergabungnya RI ke BRICS) bukan berarti kita ikut kubu tertentu, melainkan kita berpartisipasi aktif di semua forum,” tegas Sugiono, sebagaimana pernyataan Kemlu RI yang diterima di Jakarta, Jumat (25/10/2024).

Sugiono mengatakan, Indonesia memandang BRICS sebagai wahana yang tepat untuk membahas dan memajukan kepentingan bersama negara-negara Selatan Global (Global South).

Untuk itu, Sugiono mengajukan tiga langkah konkret untuk memperkuat kerja sama BRICS dengan negara-negara Selatan Global. Pertama, menegakkan hak atas pembangunan berkelanjutan sehingga negara-negara maju harus memenuhi komitmen mereka kepada negara berkembang.

Selanjutnya, mendukung reformasi sistem multilateral supaya lebih inklusif, representatif, dan sesuai dengan realitas saat ini. Institusi internasional juga harus diperkuat dengan sumber daya yang memadai.

Indonesia juga mendorong BRICS untuk menjadi perekat demi menguatkan solidaritas antara negara-negara berkembang, tutur Sugiono.

Sejarah BRICS

Rusia adalah negara yang memprakarsai pembentukan BRICS. Pertemuan Tingkat Menteri BRICS pertama diadakan pada 20 September 2006 atas usulan Presiden Rusia Vladimir Putin di sela-sela Sidang Majelis Umum PBB di New York. Beberapa menteri luar negeri dan pertahanan BRICS turut dalam pertemuan tersebut dan berminat memperluas kerja sama multilateral.

Lalu pada 16 Mei 2008, Kota Yekaterinburg menjadi tuan rumah Pertemuan Menteri Luar Negeri BRICS dengan menghasilkan Komunike Bersama yang mencerminkan sikap atas isu pembangunan global terkini.

KTT BRICS  pertama dilaksanakan pada 16 Juni 2009 di Yekaterinburg dimana para pemimpin BRIC mengeluarkan pernyataan bersama mencakup tujuan BRIC untuk mempromosikan dialog dan kerja sama antar negara-negara secara bertahap, proaktif, pragmatis, terbuka, dan transparan.

Afrika Selatan (South Africa dalam bahasa Inggris) bergabung dengan blok itu pada 2011 sehingga menambah jumlah anggota dan huruf akronim nama blok menjadi BRICS yang sebelumnya BRIC.

Kemitraan

BRICS adalah kemitraan strategis multidisiplin yang berdiri di atas tiga pilar: politik-keamanan, ekonomi-keuangan, serta budaya dan hubungan kemanusiaan. Pada periode 2009-2016, sejumlah anggota BRICS menyusun sikap bersama untuk menanggapi berbagai masalah regional seperti perang di Libya, Suriah, dan Afghanistan, serta program nuklir Iran.

Perluasan Keanggotaan

Keanggotaan blok kerja sama strategis ini sekarang telah diperluas dengan mencakup Iran, Mesir, Ethiopia, dan Uni Emirat Arab yang bergabung pada Desember 2023. Namun kelompok tersebut memutuskan untuk tetap menggunakan nama BRICS.

Populasi penduduk BRICS secara akumulasi mencakup 43 persen populasi dunia, dengan total nilai perdagangannya mencapai 16 persen perdagangan global. Selain itu, BRICS juga menyumbang seperempat dari ekonomi global dan mencakup seperlima dari perdagangan dunia.