Pejabat Prancis Ditangkap di Yerusalem, Perselisihan Prancis-Israel Memanas

Yati Maulana | Sabtu, 09/11/2024 13:05 WIB
Pejabat Prancis Ditangkap di Yerusalem, Perselisihan Prancis-Israel Memanas Menteri Luar Negeri dan Eropa Prancis Jean-Noel Barrot mengunjungi Bukit Zaitun, di Yerusalem, 7 November 2024. REUTERS

PARIS - Prancis menuduh Israel pada hari Kamis merusak hubungan bilateral setelah pasukan keamanan Israel memasuki tempat suci di bawah pemerintahan Prancis di Yerusalem dan menahan sebentar dua pejabat Prancis dengan status diplomatik.

Insiden itu terjadi saat Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Noel Barrot akan mengunjungi kompleks Gereja Pater Noster di Bukit Zaitun. Situs tersebut, salah satu dari empat situs yang dikelola Prancis di Yerusalem, berada di bawah tanggung jawab Paris dan dianggap sebagai bagian dari Prancis.

Sumber diplomatik Prancis mengatakan bahwa keamanan Israel telah diberitahu untuk tidak masuk sebelum kunjungan Barrot.

Namun, mereka melakukannya dan akibatnya Barrot menolak untuk memasuki kompleks tersebut, yang disebut Eleona dalam bahasa Prancis, saat mereka berada di sana.

Dua pejabat keamanan Prancis kemudian ditangkap sebentar, kata sumber tersebut, seraya menambahkan bahwa orang Israel mengetahui bahwa keduanya berasal dari konsulat dan berstatus diplomatik.

Kementerian luar negeri Israel mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa terjadi pertengkaran antara pasukan keamanan Israel dan dua penjaga keamanan Prancis. Mereka dibebaskan segera setelah mereka mengidentifikasi diri mereka sebagai diplomat, katanya.

Perselisihan tersebut membayangi hubungan diplomatik yang sudah tegang akibat operasi militer Israel di Gaza dan Lebanon.

"Pelanggaran integritas situs yang menjadi tanggung jawab Prancis ini berisiko merusak hubungan yang telah saya jalin dengan Israel di saat kita semua perlu memajukan kawasan ini menuju perdamaian", kata Barrot yang tampak marah kepada wartawan di luar gedung.

Kementerian luar negeri Israel mengatakan bahwa setiap pemimpin asing yang berkunjung didampingi oleh personel keamanannya, suatu hal yang telah "diperjelas sebelumnya dalam dialog persiapan dengan Kedutaan Besar Prancis di Israel."

Sumber diplomatik Prancis mengatakan bahwa otoritas Israel menyebarkan "tuduhan palsu" dan bahwa belum ada tindakan tegas atas insiden tersebut.

Duta besar Israel untuk Paris akan dipanggil dalam beberapa hari mendatang, kata kementerian luar negeri Prancis dalam sebuah pernyataan.

Hubungan diplomatik antara Prancis dan Israel memburuk sejak Presiden Emmanuel Macron menyerukan diakhirinya pasokan senjata ofensif yang digunakan di Gaza kepada Israel. Pemerintah Prancis juga berupaya melarang perusahaan senjata Israel untuk memamerkan senjata di pameran dagang di Paris dan semakin tidak nyaman dengan perilaku Israel dalam perang di Gaza dan Lebanon.

Pejabat Prancis telah berulang kali mengatakan bahwa Paris berkomitmen terhadap keamanan Israel dan bahwa militernya membantu membela Israel di tengah serangan rudal Iran awal tahun ini.

Kunjungan Barrot bertujuan untuk menekan Israel agar terlibat secara diplomatis guna mengakhiri konflik di kawasan itu sekarang setelah pemilihan presiden AS berakhir.

Ini bukan pertama kalinya ketegangan muncul di sekitar wilayah bersejarah milik Prancis di kota itu.

Pada tahun 2020, Macron kehilangan kesabarannya saat mengunjungi Gereja St. Anne, situs lain di bawah administrasi Prancis, menuntut personel keamanan Israel meninggalkan basilika Yerusalem.

Insiden serupa terjadi pada tahun 1996 yang melibatkan presiden Prancis saat itu Jacques Chirac, yang melihat perlakuan keamanan Israel kepadanya sebagai "provokasi".