JAKARTA - Pangeran William mengungkapkan bahwa putrinya yang berusia 9 tahun, Putri Charlotte, menangis ketika pertama kali melihat jenggotnya.
"Charlotte tidak menyukainya saat pertama kali. Dia menangis tersedu-sedu, saat pertama kali melihat, jadi saya harus mencukurnya," kata ayah kerajaan itu seperti dikutip dari People.
Pangeran Wales — yang sedang mengakhiri kunjungan empat harinya ke Afrika Selatan untuk menghadiri Earthshot Prize Awards — menyampaikan bahwa ia mendapat reaksi emosional dari putrinya di awal tahun.
Namun, Pangeran William (42) tetap optimis bahwa ia akhirnya dapat mengubah pikiran Putri Charlotte.
“Lalu, saya menumbuhkannya kembali. … Saya meyakinkannya bahwa semuanya akan baik-baik saja,” tambahnya.
Ayah tiga anak ini secara terbuka memperlihatkan jenggotnya pada bulan Agustus saat ia tampil bersama sang istri, Kate Middleton, dalam sebuah video yang memberi selamat kepada para atlet Inggris Raya atas hasil yang mereka peroleh di Olimpiade Paris 2024.
Dia juga tampil dengan jenggot dan kumis pada bulan September untuk penampilan publik pertamanya sejak Kate Middleton (42) mengungkapkan bahwa dia telah menyelesaikan perawatan kankernya.
Pangeran William dengan bangga memamerkan jenggotnya sekali lagi pada bulan Oktober saat ia bergabung dengan Putri Wales untuk perjalanan pertamanya pasca perawatan kanker di Southport, Inggris.
Pada hari Kamis (6/11/2024), Pangeran William dengan jujur merenungkan tantangan yang dihadapi keluarganya pada tahun 2024, dan menyebutnya sebagai “tahun tersulit” dalam hidupnya.
"Mencoba untuk melewati semua hal lain dan menjaga semuanya tetap pada jalurnya sungguh sulit," ungkapnya, seperti dikutip dari People.
Selain perjuangan Kate Middleton melawan kanker, ayah Pangeran William, Raja Charles III, mengungkapkan diagnosis kankernya sendiri pada bulan Februari.
“Saya sangat bangga dengan istri saya, saya bangga dengan ayah saya, karena mampu menangani hal-hal yang telah mereka lakukan,” kata Pangeran William.
“Namun dari sudut pandang keluarga pribadi, ini sungguh, sungguh brutal.” (*)