JAKARTA - Menonton video porno di usia anak-anak memiliki dampak psikologis yang serius dan dapat memengaruhi perkembangan mental, emosional, serta perilaku mereka. Anak-anak dan remaja yang terpapar konten pornografi umumnya belum memiliki pemahaman yang matang mengenai hubungan intim dan belum mampu secara emosional untuk menangani konten dewasa tersebut.
Menurut penelitian dari American Psychological Association (APA), menonton pornografi di usia muda dapat membentuk pemahaman yang keliru tentang seksualitas dan hubungan manusia. Pornografi seringkali menampilkan hubungan seksual yang tidak realistis, penuh kekerasan, atau tanpa melibatkan aspek emosional.
Anak-anak yang terpapar pornografi lebih mungkin untuk mencoba meniru apa yang mereka lihat, terutama karena mereka tidak memiliki pemahaman yang cukup tentang konsekuensi dari perilaku seksual. Hal ini dapat meningkatkan risiko perilaku seksual yang berbahaya atau tidak aman.
Paparan konten seksual di usia muda dapat menyebabkan perilaku adiktif. Otak anak-anak dan remaja masih dalam tahap perkembangan, dan paparan pornografi yang berlebihan dapat menyebabkan dorongan yang tidak sehat terhadap perilaku seksual yang kompulsif.
Penelitian dari National Center on Sexual Exploitation menunjukkan, anak-anak yang terpapar pornografi memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengembangkan kecanduan seksual atau perilaku kompulsif. Mereka mungkin merasa sulit untuk mengendalikan dorongan seksual atau menghindari konten pornografi seiring waktu.
Paparan pornografi di usia muda dapat memicu gangguan mental seperti kecemasan dan depresi. Anak-anak yang terpapar konten seksual yang eksplisit sering kali merasa bersalah atau malu, yang dapat mengarah pada gangguan suasana hati yang lebih serius.
Menurut studi dari American Academy of Pediatrics, anak-anak yang sering terpapar konten seksual yang eksplisit memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami kecemasan dan depresi. Hal ini disebabkan oleh rasa bersalah, konflik batin, dan ketidakpahaman tentang apa yang mereka tonton.
Beberapa studi menunjukkan bahwa anak-anak yang menonton pornografi lebih rentan mengembangkan sikap agresif, terutama terhadap pasangan lawan jenis. Hal ini disebabkan karena banyak konten pornografi yang menampilkan kekerasan dan paksaan dalam konteks seksual.
Berdasrkan penelitian di Aggression and Violent Behavior, anak-anak yang terpapar konten pornografi kekerasan memiliki kemungkinan yang lebih tinggi untuk menunjukkan perilaku agresif dan melakukan kekerasan seksual.
Paparan konten pornografi pada anak-anak dapat mengganggu perkembangan otak, terutama bagian yang mengatur kontrol diri, emosi, dan hubungan sosial. Ini dapat memengaruhi cara otak mereka memproses dorongan seksual, hubungan, dan empati terhadap orang lain.
Paparan konten seksual yang eksplisit pada usia dini dapat mengubah struktur otak anak, terutama di area yang mengatur kontrol impuls dan regulasi emosi. Hal ini mengakibatkan perilaku yang lebih impulsif dan kurangnya kontrol diri dalam menghadapi dorongan seksual.