MOSKOW - Para pengunjuk rasa di wilayah Abkhazia yang memisahkan diri di Georgia yang didukung Rusia menolak untuk meninggalkan gedung parlemen yang mereka serbu pada hari Jumat lalu. Sebuah pengunduran diri yang diusulkan oleh presiden wilayah tersebut sebagai syarat untuk tinggalkan Parlemen.
Para pengunjuk rasa telah menduduki parlemen sebagai protes atas perjanjian investasi antara wilayah Laut Hitam dan Moskow.
Kantor berita Rusia RIA melaporkan bahwa Presiden Aslan Bzhania telah mengatakan pada hari Sabtu bahwa ia akan mengundurkan diri dan mengadakan pemilihan umum dadakan setelah para pengunjuk rasa mengosongkan parlemen di ibu kota Abkhazia, Sukhumi, dan mengusulkan seorang wakil presiden sebagai kepala negara sementara.
"Ketika mereka meninggalkan gedung, saya akan menulis surat pengunduran diri saya dan dalam pemilihan umum baru kita akan melihat berapa banyak dukungan yang mereka dapatkan," RIA mengutip pernyataan Bzhania.
Ia mengatakan bahwa ia berencana untuk mencalonkan diri dalam pemilihan umum tersebut.
Bzhania, yang dikutip oleh kantor berita Rusia, kemudian mengatakan dalam sebuah pertemuan pemerintah yang diadakan di desa pesisir asalnya, Tamysh, bahwa ketertiban akan dipulihkan. Ia mengatakan bahwa para pengunjuk rasa hanya menguasai gedung parlemen dan gedung pemerintah yang telah mereka duduki.
"Situasi akan stabil, semuanya akan kembali ke kerangka hukum," kantor berita RIA mengutip pernyataannya. "Kita punya presiden, kita punya hukum. Kita punya tanah air yang harus kita semua layani."
Kementerian dalam negeri dan dinas keamanan Abkhazia mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa mereka akan mematuhi perintah dari presiden. Para pengunjuk rasa mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa pendudukan itu tidak menentang hubungan dekat Abkhazia dengan Rusia, tetapi menuduh Bzhania "berusaha menggunakan hubungan ini untuk kepentingan pribadinya (dan) memanipulasinya demi memperkuat rezimnya".
Kantor berita TASS mengutip seorang perwakilan pengunjuk rasa, Adgur Ardzinba, yang mengatakan bahwa mereka akan tetap bertahan sampai presiden mengundurkan diri.
Moskow mengatakan pada hari Jumat bahwa mereka mengikuti "situasi krisis" dengan keprihatinan dan mendesak warga Rusia untuk menghindari perjalanan ke Abkhazia.
Rusia mengakui Abkhazia dan wilayah lain yang memisahkan diri, Ossetia Selatan, sebagai negara merdeka pada tahun 2008 setelah mengalahkan Georgia dalam perang lima hari. Rusia mempertahankan pangkalan militer di kedua wilayah tersebut dan menopang ekonomi mereka.
Sebagian besar dunia mengakui Abkhazia sebagai bagian dari Georgia, tempat negara itu memisahkan diri selama perang di awal tahun 1990-an.