• News

Dapat Kecaman IAEA, Iran akan Mengaktifkan Sentrifus yang Baru dan Canggih

Tri Umardini | Sabtu, 23/11/2024 03:01 WIB
Dapat Kecaman IAEA, Iran akan Mengaktifkan Sentrifus yang Baru dan Canggih Para ahli Iran memeriksa pabrik nuklir di kota Isfahan yang digunakan sebagai fasilitas konversi uranium (UCF) yang dirancang untuk mengubah bijih uranium menjadi uranium heksafluorida. (FOTO: EPA)

JAKARTA - Iran menyatakan akan mengaktifkan sentrifus “baru dan canggih” sebagai respons terhadap resolusi yang diadopsi oleh dewan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) yang mengecam Iran karena kurangnya kerja sama.

Usulan tersebut diajukan oleh Prancis, Jerman, Inggris, dan Amerika Serikat di hadapan 35 negara anggota pengawas nuklir Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan merupakan tindak lanjut usulan serupa pada bulan Juni lalu, yang kemudian dikritik oleh Iran sebagai “terburu-buru dan tidak bijaksana”.

Organisasi Energi Atom Iran dan Kementerian Luar Negeri Iran mengutuk pengesahan resolusi tersebut dan mengatakan pada hari Jumat bahwa kepala nuklir Iran Mohammad Eslami telah mengeluarkan perintah untuk meluncurkan sentrifus baru dan canggih, mesin bertenaga yang berputar cepat untuk memperkaya uranium.

Pernyataan bersama tersebut menambahkan bahwa “kerja sama teknis dan pengamanan dengan IAEA akan terus berlanjut, seperti di masa lalu” dan dalam kerangka perjanjian yang dibuat oleh Iran.

Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi minggu ini mengecam upaya negara-negara Eropa untuk meloloskan resolusi keempat mereka sejak 2020, dengan mengatakan hal itu akan “mempersulit” perundingan nuklir.

Resolusi tersebut menggarisbawahi “kekhawatiran mendalam” Direktur Jenderal IAEA Rafael Grossi atas keberadaan “material nuklir yang tidak dideklarasikan” di beberapa “lokasi yang tidak dideklarasikan” di negara tersebut.

Hal itu juga merujuk pada temuan Grossi “bahwa bahan nuklir yang digunakan di Iran tidak dinyatakan sebagaimana diharuskan” berdasarkan perjanjian pengamanan negara itu sendiri yang diuraikan dalam Perjanjian Non-Proliferasi Senjata Nuklir (NPT).

Namun Grossi mengindikasikan selama lawatannya ke Teheran minggu lalu bahwa ia membuat beberapa kemajuan dalam inspeksi.

Iran telah menyetujui permintaan IAEA untuk membatasi stok uranium yang diperkaya tinggi hingga hanya memiliki kemurnian 60 persen, jauh di bawah tingkat pengayaan tingkat senjata sebesar 90 persen yang dibutuhkan untuk sebuah bom.

Sembilan belas anggota dewan IAEA memberikan suara mendukung resolusi tersebut.

Rusia, Cina, dan Burkina Faso menentangnya, 12 abstain, dan satu tidak memberikan suara, kata diplomat yang berbicara dengan syarat anonim dalam pemungutan suara tertutup tersebut.

Tiongkok dan Rusia memberikan suara menentang semua tindakan kecaman sebelumnya terhadap Iran di IAEA, termasuk pada tahun 2020, 2022, dan Juni 2024.

Tindakan kecaman itu muncul saat Presiden terpilih AS Donald Trump bersiap kembali ke Gedung Putih.

Periode jabatan pertama Donald Trump ditandai oleh periode yang sangat menegangkan dengan Iran, saat ia menerapkan kebijakan “tekanan maksimum” terhadap Teheran, yang akhirnya berujung pada keputusan sepihak Washington untuk menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran tahun 2015 dengan negara-negara adikuasa dunia.

Sebagai tanggapannya, Iran meningkatkan pengayaan nuklirnya.

Laporan rahasia IAEA kepada negara-negara anggota, yang bocor ke media minggu ini, mengindikasikan bahwa Iran telah menentang tuntutan internasional untuk mengendalikan program nuklirnya.

Badan pengawas PBB sebelumnya telah menyebutkan dua lokasi di dekat Teheran – Varamin dan Turquzabad – yang ditemukan jejak uranium olahan, menurut inspektur IAEA.

Resolusi tersebut meminta Iran untuk memberikan "penjelasan yang secara teknis kredibel" mengenai keberadaan partikel uranium yang ditemukan di dua lokasi yang tidak diumumkan. IAEA akan melanjutkan pembahasannya pada hari Jumat (22/11/2024). (*)